Lawan Hoaks, 70 Pelajar Bengkulu Dibekali Literasi Digital
Lawan Hoaks, 70 Pelajar Bengkulu Dibekali Literasi Digital -(ist)-
Untuk menjaga integritas informasi dan mencegah penyebaran misinformasi. Penting untuk diketahui cara membongkarnya. Sebab Debunking merupakan proses mengekspos dan membuktikan ketidakbenaran dari suatu klaim atau informasi. Proses membongkar kebohogan, taktik atau sumber setelah informasi keliru menyerang. Debunking merupakan proses membongkar kebohogan, taktik atau sumber setelah informasi keliru menyerang.
Kerja pemeriksa fakta (fact-checker) dalam proses debunking ini dengan memberikan sanggahan dan klaim yang jelas, terhadap suatu informasi lewat hasil pemeriksaan fakta, setelah itu langsung disajikan faktanya kepada pembaca.
Independent Journalist and Founder of Bincang Perempuan, Betty Herlina menjelaskan, langkah-langkah debunking dapat dilakukan dengan identifikasi klaim, tentu klaim atau informasi yang diragukan. Selain itu, dapat dilakukan dengan cara riset fakta dengan mengumpulkan data dan sumber yang relevan. Lalu, konsultasi ahli cara ini dapat diterapkan dengan menanyakan langsung pendapat ahli di bidang terkait.
Cara lainnya verifikasi sumber, dengan pemeriksaan kredibilitas sumber informasi dan terakhir publikasi hasil. Caranya Bagikan hasil debunking dengan bukti yang jelas.
''Debunking itu salah satu cara mengurangi misinformasi, disinformasi dan malinformasi dengan membantu mencegah penyebaran berita palsu. Meningkatkan literasi digital dengan mendorong kemampuan kritis dalam mengevaluasi informasi. Kita perlu membangun kepercayaan dengan menjaga kepercayaan publik terhadap informasi yang valid dan kredibel,'' jelas Betty, AAI Short Course Awardee.
''Saya mengajak generasi Alpa untuk dapat kritis dengan selalu bersikap kritis terhadap informasi yang diterima. Memverifikasi dengan menggunakan teknik verifikasi untuk memeriksa keaslian informasi serta edukasi orang lain tentang pentingnya debunking dan verifikasi informasi,'' sambung Betty.
Lawan Hoaks, 70 Pelajar Bengkulu Dibekali Literasi Digital -(ist)-
Berpikir Kritis
Berpikir menganalisis, mengevaluasi, dan menginterpretasi informasi secara obyektif dan rasional merupakan salah satu bentuk berpikir kritis yang mencakup kemampuan untuk membuat penilaian yang dapat diandalkan berdasarkan informasi yang dapat diandalkan.
AAI Short Course Awardee SAFEnet, Unggul Sagena mengajak, pengguna internet menggunakan pemikiran yang reflektif, independen, jernih, dan rasional serta tidak hanya menerima informasi begitu saja, tetapi juga mengajukan pertanyaan dan menilai kebenaran dengan mempertimbangkan alternatif, terlebih mampu mencari solusi terbaik berdasarkan bukti dan fakta yang ada.
''Penerapan berpikir kritis mulai dari membaca berita dengan hati-hati, menanyakan suatu pelajaran, mengambil keputusan, memiliki keingintahuan,'' sampai Unggul, saat menyampaikan pemaparan materi workshop pembekalan digital literacy agents.
Pilar Literasi Digital
Pentingnya penguasaan literasi digital. Untuk itu ada 4 Pilar literasi digital.
Pilar literasi digital sama halnya dengan ''CABE''. Cakap digital, Aman digital, Budaya digital dan Etika digital. Content Manager @internetsehat.id (ICT Wacth), Alvidha Septianingrum menjelaskan, cakap bermedia digital dinilai mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan lunak dalam lanskap digital, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial,serta aplikasi dompet digital, lokapasar, dan transaksi digital.
Sementara Aman bermedia digital salah satu untuk memastikan individu pengguna layanan digital, baik secara daring maupun luring aman, tidak hanya untuk mengamankan data yang kitamiliki melainkan juga melindungi data pribadi yang bersifat rahasia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: