Ditya Jambumangli! Cintanya Dibawa Sampai Mati
Jambumangli sebenarnya ingin memperistri Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali, yang berarti saudara sepupunya sendiri.--
BENGKULUEKSPRESS.COM - Sebuah kerajaan yang di huni oleh para raksasa yang bernama Alengkadiaraja, setelah Prabu Suksara, (kakek buyut dari Rahwana) meninggal dan digantikan oleh putranya yang bernama Ditya Sumali (kakek dari Rahwana), yang kemudian berputera Dewi Sukesi (ibu dari Rahawana) dan Ditya Prahasta, adalah sebuah kerajaan besar yang ada pada jamannya.
Berawal dari sebuah keinginan dari Dewi Sukesi yang berwujud raksasa, walaupun dia adalah puteri kerajaan, namun bagaimanapun dia adalah seorang raksasa, yang dengan semua kasih sayang yang dilimpahkan dari orang tua kepadanya, maka dia pun menginginkan sesuatu yang sangat sukar untuk diraih oleh setiap raksasa pada kerajaan itu, yaitu ingin berubah menjadi seorang wanita biasa.
Hal ini membuat ayah dan ibunya sedih. Anak mereka satu satunya mengingkan seuatu yang bukan menjadi kodratnya. Dipangillah kemudian para resi dan pendeta yang tinggi ilmunya, untuk membicarakan masalah ini. Memang ada sebuah serat, yaitu sebuah tulisan sacral yang apabila sesorang dapat membaca, menguraikan dan mengartikan kata kata dalam serat itu, maka sesorang bisa berubah dari raksasa menjadi wujud manusia biasa.
Maka setelah dia dewasa, maka diadakanlah sayembara, dan bersumpah, barang siapa yang dapat membaca, mengartikan, menguraikan dan menterjemahkan serat yang terkenal dengan nama ilmu Serat Harjendra Yuningrat, maka orang itu akan dijadikan suaminya.
Namun tanpa sepengetahuan Dewi Suksei, sumpah sayembara darinya itu membuat seorang pemuda terpukul dan hancurlah hatinya. Dia adalah Ditya Jambumangli, putra dari Ditya Maliawan, pamannya sendiri. Telah sekian lama Jambumangli menaruh hati pada Sukesi, namun tak berani mengungkapkannya, karena bagaimanapun, Dewi Sukesi adalah kakaknya, puteri dari kakak ayahnya.
Muncul niatnya untuk menggagal sayembara itu, maka dengan seijin ayah dan pamannya, Jambumangli membuat syarat bahwa barang siapa yang dapat membaca ilmu serat itu, dapat mempersunting Dewi Sukesi dengan syarat harus menang dalam perang tanding melawan dirinya. Hal itu sangat disetujui oleh para tetua, karena mereke beranggapan bahwa Jambumangli adalah adik yang baik, yang berusaha melindungi kakak perempuannya, agar mendapat jodoh yang tidak hanya pandai namun juga berilmu tinggi dalam kenuragan.
Sayembara itu terdengar hingga ke luar kerajaan Alengka, bahkan hingga ke kerajaan Lokapala. Prabu Danapati, raja dari kerajaan Lokapala, yang kebetulan belum mempunyai permaisuri, tertarik untuk mengikuti sayembara itu. Prabu Danapati sangat yakin akan kemampuannya. Hal ini karena sejak muda dia telah diajari oleh orang tuanya sendiri, yaitu Resi Wisrawa, dimana dia juga adalah cucu dari Resi Padwa, yang konon katanya juga merupakan keturunan dari Batara Sambo, putra dari Sanghyang Manikmaya.
Usia yang masih muda, maka semua ilmupun rasanya belumlah cukup untuk Prabu Danapati. Apalagi untuk menterjemahkan sebuah ilmu serat sastra yang tinggi. Maka, sang Prabu meminta tolong ayahnya, Resi Wisrawa untuk berangkat mengikuti sayembara tersebut, atas namanya.
Maka berangkatlah Wisrawa ke negeri Alengkadiraja. Setelah menghadap raja dan mengutarakan maksud kedatangannya, bahwa dia datang untuk anaknya, dan itupun ternyata dapat ditermia oleh Prabu Sumali. Dan setelah kitab ilmu serat harjendra yuningrat dibuka, dan dapat dibaca dengan fasih, diartikan dengan runtut, dirafsirkan dengan jelas, mendadak halilintar menggelegar, langit gelap dan terang beriringan, angin topan bersabung dan seiring dengan menghilangnya gejolak alam itu, wujud Dewi Sukesi yang semula adalah raksasa wanita, kini berubah wujud menjadi seorang wanita yang cantik jelita. Legalah hati para kerabat kerajaan Alengka.
Setelah usai, kemudian Wisrawa berniat membawa Dewi Sukesi ke Lokapala, untuk dinikahkan dengan putranya, Prabu Danapati. Hal ini ditolak mentah mentah oleh Dewi Sukesi, karena hal ini bertentang dengan sumpahnya. Melihat kekisruhan tersebut, hal itu dimanfaatkan oleh Jambumangli, maka kemudian Wisrawa pun ditantang perang tanding. Wisarawa pun kemudian tak dapat menolak.
Pertempuran dahsyat pun terjadi. Jambumangli yang dibakar api cemburu, kecewa, dan merasa di injak injak harga dirinya, bertarung bagai setan, dan tanpa memperhatikan etika dan sopan, bahkan main curang. Beberapa kali Wisrawa mengingatkan, namun semakin diingatkan, Jambumangli semakin kurang ajar. Maka, terbakarlah hati Wisrawa, dengan kesaktiannya, Jambumangli dihajar habis habisan, bahkan hingaa terpisah pisah bagian tubuhnya. Namun sebelum meninggal, Jambumangli mengutuk Wisrawa bahwa kelak keturuan Wisrawa ka nada yang mati secara mengenaskan seperti layaknya dirinya.
Di Lokapala, peristiwa Dewi Sukesi tak bersedia dinikahkan dengan Prabu Danapati pun sampai juga beritanya. Dengan tanpa pikir panjang, Prabu Danapati segera menyusul ke Alengkadiraja. Dan kesalah pahaman itupun berujung pada pertempuran antara anak dan ayah yang saling memperebutkan Dewi Sukesi. Dua orang yang mengalir darah yang sama, dengan ilmu yang sama, maka pertempuran mereka pun berlangsung cukup lama, hingga berantakan keadaan negeri Alengka, dan hawa panas dari pertempuran itupun terbawa naik oleh angin hingga Suralaya. Keadaan ini sangat mengganggu ketenangan kerajaan dewa.
Maka, saat pertempuran tengah berlangsung sengit, turunlah Batara Narada di kancah pertempuran itu, dan menjelaskan bahwa sudah menjadi kehendak takdir bahwa Dewi Sukesi adalah berjodoh dengan Wisrawan, maka Prabu Danapati pun diminta untuk mengikhaskannya.
Dari perkawinan Wisrawa dan Dewi Sukesi, lahirlah Rahwana, Arya Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka, dan Arya Wibisana. Dan Arya Kumbakarnalah yang menjadi korban atas kutukan dari Jambumangli terhadap Wisrawa, yaitu mati terbunuh dengan tubuh yang terpisah pisah oleh panah Guwahijaya, senjata andalan Prabu Rama.(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: