Mengenal Adat Lepas Pantang dari Pulau Enggano Provinsi Bengkulu

Mengenal Adat Lepas Pantang dari Pulau Enggano Provinsi Bengkulu

Masyarakat Enggano saat melakukan acara lepas pantang-(foto: istimewa/bengkuluekspress.disway.id)-

BENGKULUEKSPRESS.COM - Pulau terluar Provinsi Bengkulu yakni Pulau Enggano memiliki banyak keberagaman budaya dan adat istiadat. Salah satunya adat lepas pantang yang dilakukan oleh masyarakat Enggano. 

Pulau Enggano sendiri merupakan bagian dari Kabupaten Bengkulu Utara yang terdiri dari enam desa diantaranya Apoho, Malakoni, Meok, Kahyapu,  Ka'na dan Banjarsari.

Selain itu masyarakat Enggano multi etnis, dimana hanya ada 3 agama yang dianut. Diantaranya, Islam , Kristen dan Katolik. 

Salah satu wujud toleransi adalah adanya upacara buka pantang. Upacara ini dilakukan apabila ada salah satu masyarakat Enggano yang berduka.

BACA JUGA:Ini Tradisi Unik Suku Bayankole, Sebelum Menikah Harus Tidur dengan Bibi Mempelai Wanita

BACA JUGA:Sebelum Menikah, Suku Ini Mewajibkan Perempuan Berhubungan 20 Kali dengan Pria Berbeda

Menurut para tokoh adat Pulau Enggano, apabila ada masyarakat Enggano yang berduka, maka ada pantangan bagi suku lainnya.

Pantangan tersebut adalah tidak boleh mengadakan acara yang sifatnya suka cita maupun mengundang keramaian.  Seperti pesat, hajatan, dan lainnya.

Hal itu dilakukan untuk menghormati masyarakat yang tengah berduka. Acara itupun berlangsung selama 7 hari atau lebih, sesuai dengan kesepakatan.

Setelah pantangan selesai dilakukan. Maka kembali gelar upacara lepas pantang. Mulanya di buka pada saat ada yang terkena musibah, maka akan ditutup selama masa duka cita selesai. 

Upacara lepas pantang ini pun dihadiri oleh semua kepala suku dan anak suku serta perwakilannya yang juga ikut dihadiri oleh masyarakat.  (tri).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: