Doa Bahasa Jawa yang Menggemparkan Negeri Hijaz

Doa Bahasa Jawa yang Menggemparkan Negeri Hijaz

Syekh Nawawi bin Umar Tanara al-Bantani al-Jawi. Ia adalah seorang ahli bahasa Arab dan memiliki karya lebih dari 40 judul, semuanya berbahasa Arab-Bengkulu Ekspress-Istimewa

BENGKULUEKSPRESS.COM - Dahulu kala di Wilayah Arab dilanda kekeringan yang teramat panjang untuk mengatasi masalah ini, Raja Hijaz mengumpulkan dan membawa para ulama Makkah dan Madinah. Mereka meminta berdoa didepan Kak’bah agar segera diturunkan hujan.

Setelah semua sarjana dan para ulama berdoa, hujan tidak turun juga, malah menjadi lebih panas selama beberapa bulan. Membuat penduduk di negeri itu semakin susah.

Dalam kekalutanya Raja Hijaz tiba-tiba teringat akan seorang sarjana yang tidak diundang untuk berdoa. Kemudian Sang Raja memerintahkan bawahanya untuk memanggil Sarjana tersebut.

BACA JUGA:Tata Cara Menyembelih Hewan Kurban, Sebaiknya Sendiri atau Diwakilkan?

Sang sarjana diberitahu setelah bertemu, penampilan cendekiawan itu pendek, kecil dan kulitnya hitam. Sarjana itu adalah Syekh Nawawi bin Umar Tanara al-Bantani al-Jawi.

Ia adalah seorang ahli bahasa Arab dan memiliki karya lebih dari 40 judul, semuanya berbahasa Arab. Kemudian, ulama asal dusun Tanara, Banten tersebut berangkat berdoa meminta hujan kepada Allah SWT didepan Ka’bah.

Anehnya, meski Syaikh Nawawi Banten mampu berbahasa Arab dengan fasih, di depan Ka’bah beliau berdoa meminta hujan dengan memakai bahasa Jawa. Para ulama Makkah dan Madinah yang berdiri di belakangnya menyadongkan tangan sambil berkata “Amiin”

BACA JUGA:Doa Suwuk Mbah Husein Ilyas, Bisa Obati Berbagai Macam Penyakit!

Mbah Nawawi berdoa:

“Ya Allah, sampun dangu mboten jawah, kawulo nyuwun jawah.”

Seketika itu juga mendung datang dan kemudian hujan turun dengan lebat. semua yang menyaksikan kejadian itu pun heran. ada beberapa orang bertanya, bahasa apa yang telah digunakan syaikh Nawawi

BACA JUGA:Gus Baha, Begini Cara Mandi Junub yang Benar Agar Sah!

Karena mereka tidak pernah mendengar bahasa itu sedangkan sebelumnya para ulama dan sarjana Negeri itu telah berdoa dengan menggunakan bahasa Arab yang fasih namun tidak mujarab, sedangkan dengan bahasa Jawa malah justru ampuh.

Dalam hal ini bisa diambil pelajaran, yang menentukan Mujarabnya doa adalah kualitas individu seseorang, bukan bahasa yang digunakan. Karena Allah Maha Mengetahui walau hanya sekedar bahasa daerah, tak perlu susah payah mencari yang samar keberadaannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: