Latih Anak Cerdas Jaga Diri

Latih Anak Cerdas Jaga Diri

\"diskusiTAK selamanya orangtua merangkap menjadi ‘bodyguard’ untuk sang buah hati. Menjaga si kecil tak harus (selalu) berada dan mengikuti kemanapun si anak pergi. Untuk mengatasi hal tersebut, cukup latih si kecil pintar menjaga diri dari bahaya yang mengintai di sekitarnya. Seperti apa caranya? Aisya Yuhanida Noor, S.Psi, M. Psi., Psikolog dari Sekolah SD BPI Bandung akan menjelaskannya! Mandiri dan Berpikir Kritis Seringkali kita salah mengartikan kecerdasan. Anak yang dianggap cerdas biasanya adalah anak yang memiliki prestasi akademis tinggi. Padahal anak yang cerdas adalah anak yang mampu bertahan dan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan tuntutan lingkungan. Ia mampu berinteraksi dengan berbagai jenis karakteristik orang dan lingkungan, dengan tetap mempertahankan keyakinan benar-salah yang dimiliki. Tidak terpengaruh oleh keyakinan benar-salah yang dimiliki orang lain, seperti dikutip dari Tabloid Mom & Kiddie. Hal yang perlu dilakukan agar anak bisa secara mandiri melindungi diri dari berbagai pengaruh buruk adalah dengan mendidik mereka untuk mandiri dan berpikir kritis. Hal ini akan membantu anak untuk secara aktif membangun pertahanan diri terhadap informasi dan situasi yang ada di sekelilingnya. Bertahan menghadapi situasi lingkungan (self defence) dapat dilakukan sedini mungkin, sesuai dengan tahap perkembangannya. Dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melatih hal tersebut bergantung karakteristik dan kemampuan berpikir si anak. Kurangnya pendidikan untuk anak berpikir mandiri dan kritis dapat mengarahkan anak-anak kepada kebiasaan melakukan berbagai kegiatan tanpa mengetahui tujuan dan mengapa mereka melakukannya. Akibatnya, ketika menemui situasi yang tidak pernah mereka temui sebelumnya dan belum pernah dijelaskan oleh orangtua, termasuk saat menghadapi situasi yang berbahaya, mereka tak tahu harus bagaimana. Ajak Anak Diskusi Larangan dan hukuman biasa dilakukan orangtua. Namun, ketika anak terbiasa diarahkan dengan larangan dan hukuman tanpa penjelasan mengapa hal tersebut dilarang dan mengapa ia akhirnya dihukum, pemahaman itu tidak akan melekat pada anak. Ia hanya akan menghindari hal tersebut karena takut dihukum oleh orangtua. Sebaliknya, saat orangtua tidak ada, anak tidak takut untuk melakukannya. Untuk itu, ajaklah anak berdiskusi – sesuaikan dengan usia anak -, dimana orangtua mengarahkan dengan pertanyaan-pertanyaan agar anak bisa berpikir sendiri kenapa hal itu dilarang. Kelak, si kecil bisa berpikir kritis dan menyelesaikan masalah secara mandiri.(okezone.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: