Dibalik 20 Pemburu Mendeklarasikan Diri Berhenti Lakukan Pemburuan

Dibalik 20 Pemburu Mendeklarasikan Diri Berhenti Lakukan Pemburuan

Dibalik 20 pemburu mendeklarasikan diri berhenti lakukan pemburuan-(foto: istimewa/bengkuluekspress.disway.id)-https://bengkulu.antaranews.com

KOTA BENGKULU, BENGKULUEKSPRESS.COM - Memperingati Hari Harimau sedunia pada 29 Juli lalu, beberapa komunitas di Bengkulu memeriahkan perayaan tersebut dengan berbagai cara seperti menggelar sosialisasi pentingnya menjaga habitat harimau, lomba menggambar dan lainnya.

Pada perayaan Hari Harimau tahun ini sebanyak 20 mantan pemburu harimau sumatera di Sumatera Selatan dan Bengkulu mendeklarasikan diri berhenti berburu dan komit menjadi penjaga populasi harimau.

Deklarasi pernyataan dari mantan pemburu harimau tersebut tidak lepas dari kerja keras dari Yayasan Lingkar Inisiatif Indonesia yang terus melakukan pendekatan dan sosialisasi.

Dalam dua tahun terakhir, Lingkar Inisiatif Indonesia berhasil mengumpulkan mantan pemburu harimau sumatera berhenti dari aktivitas berburu.

Koordinator Lapangan Lingkar Inisiatif, Efyon Junaidi mengatakan melalui deklarasi mengubah ujung tombak konflik satwa menjadi penjaga harimau.

BACA JUGA:Bengkulu Kembali Ajukan Penambahan Vaksin COVID untuk Tenaga Kesehatan

Alasan Jadi Pemburu

Efyon atau lebih dikenal Eeb menjelaskan beberapa penyebab masyarakat memilih  menjadi seorang pemburu harimau seperti, pertanian yang tidak terlalu menghasilkan.

Khususnya di wilayah Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan yang rata-tata menjadi petani karet, kemudian faktor kemiskinan sehingga menjadi pemicu tindak kejahatan.

Selain itu, banyaknya isu atau informasi yang masih simpang siur tentang harga jual harimau yang tinggi menyebabkan pemburu termotivasi berburu.

Tidak ada alternatif lain selain ke hutan, maksudnya masyarakat setempat tidak memiliki keahlian menanam palawija seperti kentang, jagung, cabe dan lainnya.

Masyarakat di sekitar hutan juga tidak mengetahui adanya larangan berburu satwa  yang dilindungi.

Mereka juga beranggapan bahwa harimau merupakan hama atau musuh yang mengganggu lahan miliknya, sehingga jika  masuk atau tersesat langsung dibunuh.

Lalu, lunturnya nilai-nilai kearifan lokal tentang harimau yang merupakan leluhur atau nenek moyang yang harus dijaga keberadaannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: