FISIKA – SOSIAL KOMUNIKASI
Oleh: Alfarabi Syarif PROLOG Beberapa hari ini coba baca-baca Fisika di internet. Hitung-hitung nostalgia karena dulu sempat jadi anak IPA. Awalnya cari info tentang ‘lubang cacing’, bahan cerpen. Tapi setelah mulai dipelajari ternyata rumit. Susah memahami logika orang yang bisa ke masa lalu dan ke masa depan dengan cepat (pintu Doraemon lebih mudah dipahami). Akhirnya mlipir baca tulisan tentang energi. Kalau ini sepertinya lebih mudah dipahami. Akhirnya sebagai anak IPA yang bergelut di ilmu sosial sejak kuliah maka tulisan ini saya dedikasikan untuk mengenang 21 tahun Fisika dalam kehidupan saya. START Saya mengambil satu kajian yang paling saya suka saat SMA. Energi. Pasti pernah dengar hukum kekekalan energi. Energi tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat diciptakan. Energi hanya bisa bisa diubah menjadi bentuk energi yang lain. Disebutkan juga energi itu bisa berpindah. Dari dua data tersebut maka bisa digaris bawahi bahwa energi itu bisa diubah dan bisa berpindah. Lalu energi itu apa? Energi adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh benda agar benda tersebut dapat melakukan usaha. Apa itu usaha? Usaha adalah kemampuan untuk menyebabkan perubahan. Baik sampai sini ada pertanyaan? (lebih baik jangan) Lalu jika benda itu adalah manusia, bagaimana menjelaskan hukum kekekalan energi tersebut? atau bagaimana perpindahan dan perubahan energi itu berjalan? Nah karena saya sekarang ada di dunia sosial khususnya komunikasi, izinkan saya menjelaskannya dengan pendekatan ilmu sosial. Jika benda itu adalah manusia maka setiap dari kita memiliki energi. Energi yang kita miliki berguna untuk melakukan aktifitas (masih inget konsep usaha di atas?). Seberapa kuat kita melakukan usaha tergantung dari energi potensial yang kita miliki. Dalam kehidupan, kita mengenal adanya energi positif dan energi negatif. Energi positif mencakup optimis, cinta kasih, kesadaran, ketenangan dan kebijaksanaan. Sementara energi negatif adalah rendah diri, iri, sombong, ingin dikasihani, egois, mengeluh, dan putus asa. Pertanyaannya, bagaimana jika seseorang memiliki energi negatif? Maka berdasarkan hukum kekekalan energi, maka hal itu tidak dapat dihilangkan. Jika kita berharap rasa rendah diri akan hilang dengan sendirinya, maka hal itu tidak akan terjadi. Kita harus mengubah energi rendah diri tadi menjadi energi percaya diri dan optimis. Barulah rendah diri tadi berkurang kadarnya. Hanya saja di kehidupan seringkali kita tidak bisa mengubah energi tersebut seorang diri, kita membutuhkan orang lain untuk mengubah energi negatif yang kita miliki. Kenyataan tersebut menjadi dasar mengapa manusia itu disebut sebagai mahluk sosial. Homo Homini Socius. Kita membutuhkan orang lain dalam kehidupan. Kita membutuhkan bantuan orang lain secara langsung maupun tidak langsung (lewat buku, film, atau mengamati peristiwa) untuk mengubah energi. Di kehidupan sosial, energi yang kita miliki akan bertemu dengan energi-energi yang dimiliki oleh orang lain. Pada situasi seperti ini kemungkinan besar terjadi apa yang dinamakan perpindahan energi. Itu mengapa kemarahan satu orang bisa menyebabkan kemarahan orang-orang di sekitarnya. Perpindahan energi cenderung akan berlanjut pada perubahan energi. Jika energi positif kuat maka energi ini akan potensial mengubah energi negatif menjadi positif, begitu juga sebaliknya. Perubahan energi dikarenakan manusia lebih nyaman untuk berkumpul dengan orang-orang yang memiliki energi yang sama dengan dirinya. Ini mengapa kita sering waspada jika di tempat umum bertemu orang asing yang mencurigakan. Pada beberapa kasus, pertemuan energi positif dan negatif tidak mengalami perubahan energi karena sama-sama kuat dan sama-sama bertahan. Gambaran di atas bisa menjelaskan mengapa kita suka berkumpul bersama orang yang bisa memberikan semangat dan mengubah mood kita yang bete. Hanya saja kadang seseorang tidak selamanya memiliki energi positif yang kuat. Pada kondisi tersebut justru ia akan rentan mengubah energinya menjadi negatif apabila bertemu dengan orang yang membawa energi negatif (ini seperti kalau lagi tanggal tua ketemu temen yang mau pinjem duit, gak dikasih terus diomongin pelit. Bawaannya jadi pengen nampol). Mereka yang sedang memiliki energi positif lemah akan lebih baik berkumpul dengan mereka yang memiliki energi positif yang kuat. Ini akan mempengaruhi energi positifnya menjadi kuat juga. Inilah mengapa jika kita sedang sedih dan ingin bangkit maka dianjurkan berkumpul dengan mereka yang ceria, jangan berkumpul dengan seseorang yang sedang dilanda masalah. Nanti malah dua-duanya berenergi negatif. Energi seseorang terpancar pada dirinya. Ini mengapa kita bisa mengetahui seseorang sedang marah atau gembira dari tampilannya. Dalam sudut pandang komunikasi, energi seseorang menyampaikan pesan ke lingkungan sekitarnya. Pesan ini menjadi lebih terasa saat diperkuat dengan bahasa tubuh dan tekanan suara. Energi juga akan memberi dampak pada cara pengucapan kata. Pada kata yang sama seperti “pintar” akan menimbulkan perbedaan makna ketika diucapkan dengan Energi positif dan diucapkan dengan energi negatif. Dengan kata lain, selain isi pesan, energi dibalik pesan juga menyampaikan sebuah pesan tersendiri (bidang baru, Komunikasi Energi). Oleh sebab itu dalam berkomunikasi kita harus juga merasakan energi yang terpancar dari lawan bicara. Kemampuan kita merasakan energi di balik pesan seseorang akan berperan besar dalam keefektifan berkomunikasi. EPILOG Secara praktis pemahaman ini bisa kita gunakan dalam membangun strategi komunikasi saat akan bertemu seseorang. Contohnya, jika ingin berkomunikasi dengan seseorang yang dirasakan berenergi positif lemah atau negatif maka sebaiknya dihindari terlebih dahulu. Apalagi jika kita tidak sedang memiliki energi positif yang kuat. Tapi apabila terpaksa harus melakukan komunikasi, misalnya ketika ingin melamar pekerjaan, menghadap bos, atau bimbingan dengan dosen, maka sedapat mungkin energi kita diubah terlebih dahulu menjadi energi positif yang kuat. Energi positif kita akan memberikan pesan pendahuluan pada orang yang kita temui. Jika orang tersebut sedang berenergi positif maka suasana positif akan didapatkan. Namun jika orang tersebut sedang berenergi negatif maka energi kita berpotensi mengubah energi yang ia miliki. Bilapun tidak, kita siap menetralisir pesan-pesan negatif yang kita terima. Demikian Perayaan 21 Tahun Perkenalan Terakhir Saya Dengan Fisika… Terimakasih untuk Pak Juharta, Guru Fisika SMP saya Terimakasih untuk Ibu Roro, Guru Fisika SMA saya Berikutnya Tidak Sabar Merayakan 21 Tahun dengan Kimia.. (Wah inget ibu Nia…) Penulis tinggal di Kota Bengkulu dan dapat dihubungi di [email protected]
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: