BELUM TERDETEKSI VIRUS KORONA
RATUSAN PEKERJA ASAL CHINA
BENGKULU, bengkuluekspress.com - Penyebaran virus Korona di Provinsi Bengkulu perlu diantisipasi. Sebab, ada ratusan Tenaga Kerja Asing (TKA) China masih aktif hilir-mudik di Bengkulu. Bahkan, baru-baru ini Kantor Imigrasi Kelas I Bengkulu mencatat ada sebanyak 20 orang WNA asal negara China masuk Bengkulu selama Januari ini. WNA itu terdaftar sebagai tenaga kerja asing (TKA) yang memiliki kartu izin tinggal terbatas (KITAS). Kepala Kantor Imigrasi I Bengkulu, Samsu Rizal SSos MSi mengatakan, 20 orang TKA itu bekerja di dua wilayah Kota Bengkulu dan Bengkulu Tengah.
\"Semuanya, masuk pada bulan Januari ini,\" terang Samsu, kepada BE, kemarin (28/1).
Dijelaskannya, di Kota Bengkulu, WNA asal China yang baru datang ke Bengkulu itu bekerja di Kota Bengkulu. Kemudian di Bengkulu Tengah (Benteng), TKA itu bekerja di salah satu pertambangan batu bara. \"Statusnya sebagai pekerja,\" ujarnya. Samsu menegaskan, sebelum masuk Bengkulu, TKA itu telah dilakukan pemeriksaan melalui alat pengukur suhu tubuh yang dipasang oleh Kantor Kesehatan Pelabuhaan (KKP) di Bandara Fatmawati Bengkulu.
Dalam pemeriksaan itu belum diterdeteksi membawa virus Korona yang mewabah di negara China tersebut. \"Dua kali dilakukan pemeriksaan. Saat sampai di Indonesia, diperiksa di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Sampai di Bengkulu, diperiksa lagi,\" tambah Samsu. Sementara itu, untuk data TKA yang keluar Bengkulu pada bulan Januari ini, pihaknya belum mendapatkan data resmi. Sebab, bagi TKA yang masih aktif KITAS-nya, bisa pulang ke negara asal dan kembali lagi di Indonesia. Pendataan itu hanya bisa dilakukan oleh Imigrasi yang ada di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta. \"Selama KITAS dan re-entry permit masih berlakukan, mereka (TKA) bisa keluar dan masuk Indonesia. Imigrasi cukup melakukan pemeriksaan di bandara atau pelabuhaan internasional,\" terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Bengkulu, Ir Sudoto mengatakan, untuk tenaga kerja Indonesia (TKI) yang berada di negara China asal Bengkulu, sampai saat ini belum terdata. Sebab, secara resmi pemprov tidak mengirim TKI ke China. \"Kadang ada yang dikirim, tapi tidak melalui kita (pemerintah). Jadi kita tidak tau datanya,\" ujar Sudoto. Namun untuk TKA asal China yang bekerja di Provinsi Bengkulu cukup banyak. Ada sekitar 300 orang yang berkerja. Rata-rata TKA itu bekerja di PLTU dan pertambangan batu bara. \"Kalau TKA China banyak di Bengkulu, data kita sekitar 300 orang,\" ungkapnya.
Meski demikian, Sudoto menegaskan, pemprov tetap akan mengawasi secara ketet TKA yang di Bengkulu, atas penyebaran virus Korona. Sebeb, pemeriksaan terus dilakukan, bagi TKA yang masuk Bengkulu melalui bandara. \"Alat deteksinya kan sudah dipasang. Kita akan awasi terus,\" tutupnya. Sementara itu, Plt Executive GM PT Angkasa Pura II (Persero) Kantor Cabang Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu, Drs Sarosa MSi mengatakan, pihaknya telah bekerjasama dengan Kantor Imigrasi Bengkulu untuk memantau TKA yang masuk melalui Bandara Fatmawati Bengkulu. Tidak hanya itu, pihaknya juga rutin melaporkan kepada pihak Imigrasi jika terdapat warga negara asing (WNA) yang datang ke Bengkulu melalui Bandara Fatmawati. \"Kita sudah bekerjasama dengan Kantor Imigrasi Bengkulu, jadi kalau ada WNA yang mencurigakan atau dokumennya tidak sesuai kita akan laporkan hal tersebut,\" tutupnya.
Tak Hentikan Ekspor-Impor Sementara Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyebut penyebaran virus Korona ke berbagai negara tidak mempengaruhi aktivitas bisnis baik ekspor maupun impor dengan Tiongkok. Bahkan aktivitas bisnis di daerah hingga saat ini masih berjalan cukup baik dengan negara tirai bambu tersebut. Ketua Apindo Provinsi Bengkulu, Basri mengatakan, sampai saat ini, para pengusaha yang merupakan anggota Apindo masih menjalankan bisnisnya seperti biasa. Bahkan, perdagangan barang berbagai komoditas masih terjadi dan belum terpengaruh dengan virus yang mewabah saat ini.
\"Dampaknya belum terasa kalau untuk ekspor impor, sejauh ini masih cukup baik,\" kata Basri, kemarin (28/1).
Ia mengaku, meskipun salah satu lokasi penyebaran virus terjadi di Tiongkok, namun hal tersebut tidak berdampak langsung bagi importir atau eksportir. Bahkan aktivitas ekspor batubara dari Bengkulu ke Tiongkok masih tetap berlangsung. \"Kita itu masih ekspor batubara ke China, dan itu masih berlangsung hingga saat ini, jadi dampak virus ke ekonomi belum terasa di daerah,\" ujar Basri.
Meskipun demikian, ia tidak menampik data yang diperoleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut saat virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) mulai menyebar pada November 2002, aktivitas ekspor impor menurun drastis dibanding Oktober 2002. Bahkan pada periode itu, BPS mencatat bahwa nilai ekspor Indonesia hanya mencapai US$4,10 miliar, turun tajam 23,01 persen dibanding Oktober 2002. Selanjutnya impor, hanya mencapai US$2,89 miliar, turun 8,08 persen dibanding Oktober 2002 sebesar US$3,15 miliar. \"Untuk virus SARS dampaknya ke ekonomi memang terasa, tapi kalau virus Korona ini belum begitu berpengaruh ke ekonomi kita,\" tutupnya.(999/151)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: