KKT Larang Masyarakat Beri Sumbangan Meradai

KKT Larang Masyarakat Beri Sumbangan Meradai

\"\"Bengkulu, Bengkuluekspress.com – Ketua Keluarga Kerukunan Tabot (KKT) Bengkulu, Ir. Achmad Syiafril Syahbuddin menjelaskan, kegiatan meradai Tabut, kegiatan resmi dari rangkaian acara Festival Tabut Bengkulu, yang diselenggaran setiap 1-10 Muharam. Dijelaskan Syiafril, meradai bertujuan memberitahu kepada masyarakat serta berduka cita atas terpenggalnya kepala dan bagian tubuh Imam Husein terpisah-pisah.

Jadi selama masa proeses Tabut Meradai, KKT melarang masyarakat memberikan sumbangan apabila ada yang meminta sumbangan mengatasnamakan prosesi Tabut.

\"Meradai itu bukan minta sumbangan kesana-sini seperti yang didefinisikan masyarakat. Meradai suatu masa duka cita, dimana kepala Imam Husein terpenggal dan bagian tubuhnya terpisah-pisah karena kekejian Yazid Bin Ummayah di Padang Karbala, Irak kala itu,\" terang Syiafril kepada Bengkuluekspress.com, Kamis (25/7).

Dilanjutkan Syiafril, jika ada sekelompok orang atau oknum yang meminta sumbangan dengan cara mendatangi masyarakat dan mengatakan itu merupakan kegiatan meradai, itu tidaklah benar.

\"Jika ada yang meminta sumbangan atas nama kegiatan meradai. Artinya ada oknum yang sengaja memanfaatkan untuk kepentingannya sendiri, jadi jangan dikasih,\" tegasnya.

Syiafril menerangkan, setiap tahunnya menjelang dilaksanakan Festival Tabut Bengkulu , KKT selalu mendapat laporan ada sekelompok oknum yang meminta sumbangan atas nama kegiatan meradai. Bahkan kegiatan meminta-minta sumbangan dilakukan oknum tak bertanggung jawab hingga ke luar Kota Bengkulu.

\"Kalau ada yang minta sumbangan atas nama meradai, sekali lagi saya ingatkan itu tidak benar. Sebab, KKT sama sekali tidak pernah menjalankannya,\" tukasnya.

Persiapan pelaksanaan Festival Tabut Bengkulu 2019, yang dilaksanakan awal September nanti, tambah Syiafril, sejauh ini berjalan dengan baik.

\"Nanti itu, setelah meradai. Kita melaksanakan arak penja atau arak jari-jari. Kemudian, di malam terakhir, dilaksanakan arak gedang yang dikenal dengan tabut besanding. Selama 10 malam dilaksanakan berbagai macam kegiatan,\" tutupnya. (HBN)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: