Pemprov Cetak 300 Ha Sawah

Pemprov Cetak 300 Ha Sawah

Di Mukomuko, Bengkulu Utara dan Kaur

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Pemerintah Provinsi Bengkulu melalui Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan (TPHP) 2019 ini akan mencetak sawah baru seluas 300 hektare.  Sawah tersebut berada di tiga kabupaten, yakni Mukomuko, Bengkulu Utara dan Kaur. Masing-masing kabupaten tersebut akan dilaksanakan program cetak sawah seluas 100 hektare.

Kepala Dinas TPHP Provinsi Bengkulu, Ir Ricky Gunawan mengatakan, program cetak sawah ini dilakukan karena lahan pertanian di Provinsi Bengkulu semakin minim. Salah satu faktor utamanya karena alih fungsi lahan. Untuk itu, pihaknya berharap lembaga legislatif maupun eksekutif agar bersama-sama membuat suatu kebijakan mengenai pengalihfungsian lahan pertanian menjadi perumahan ataupun bangunan lainnya.

\"Kendala kita sekarang tingginya tingkat alih fungsi lahan, memang belum ada aturan yang tegas bahwa lahan-lahan irigasi itu tidak boleh beralih fungsi. Sekarang kan banyak yang berubah dari lahan perkebunan menjadi perumahan, ini harus ada ketegasan mengenai alih fungsi ini, kalau tidak ada ketegasan maka seluruh lahan pertanian akan beralih fungsi,\" kata Ricky, kemarin (20/1).

Selain itu, program cetak sawah ini dilakukan juga untuk menjaga stabilitas pangan, khususnya beras di Bengkulu agar tetap stabil. Sehingga selain produktivitas gabah yang tinggi, pasokan beras juga selalu tersedia dan tidak perlu mengimpor dari luar daerah. \"Program cetak sawah ini sangat baik untuk peningkatan produktivitas padi, lebih lagi pasokan beras kita akan semakin tinggi jadi tidak perlu impor,\" terang Ricky.

Sementara itu, Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Dyah Anugrah Kuswardani MA mengatakan, Produksi Padi di Provinsi Bengkulu dari Januari hingga Desember 2018 sebesar 254.218 ton Gabah Kering Giling (GKG). Produksi tertinggi terjadi pada bulan April yaitu sebesar 42.825  ton, sementara produksi terendah pada bulan Januari yaitu sebesar 7.129 ton. Meskipun produksi padi cukup tinggi, namun banyak dijual ke luar daerah seperti Lampung dan Sumatera Selatan.

\"Hingga saat ini para petani di daerah justru memilih menjual hasil padinya kepada provinsi lain. Salah satu pertimbangan para petani ini, diantaranya iming-iming harga yang lebih tinggi,\" kata Dyah. Kondisi tersebut, membuat pasokan beras di dalam daerah menjadi tidak stabil. Sehingga seakan-akan padi di Bengkulu banyak dari luar daerah.

\"Image nya seolah-olah padi kita itu cuma dari luar, padahal banyak beras kita yang pergi ke luar,\" imbuh Dyah. Ia memberikan contoh, seperti halnya di Bengkulu Selatan. Pada dasarnya, daerah tersebut merupakan lumbung padi yang bisa mencukupi kebutuhan beras di Bengkulu. Hanya saja, beras-beras di sana sering dijual ke Provinsi Lampung. \"Mereka jual ke Lampung, alasannya dari sisi berdekatan dan lebih dekat jual ke sana serta harga lebih mahal,\" tutupnya.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: