Pariwisata Lesu

Pariwisata Lesu

BENGKULU, Bengkulu Ekspress- Meski diklaim mengalami penurunan, nyatanya harga tiket maskapai penerbangan ke sejumlah daerah dari dan ke Bengkulu membuat pelaku wisata terpukul. Pasal, tidak hanya menurunkan tingkat hunian hotel, permasalah harga tiket pesawat juga berpengaruh pada tingkat kunjungan wisatawan ke Bumi Rafflesia ini.

Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bengkulu, Sony Adnan mengaku ikut mengeluh dan galau karena adanya kebijakan maskapai penerbangan yang masih belum menurunkan harga tiket penerbangan domestik. Hal tersebut berimbas terhadap tingkat hunian (okupansi) hotel di Bengkulu.

\"Ini sudah tertimpa truk, bukan tangga lagi. Coba bayangkan, hotel di Bengkulu ini harusnya penuh oleh wisatawan dari luar tapi menjadi sedikit karena harga tiket masih mahal karena normalnya Bengkulu-Jakarta itu Rp 400-500 ribu. Sedangkan sekarang Rp 800 ribu ,\" kata Sony, kemarin (16/1).

Selain itu, ia juga mengeluhkan tingkat hunian hotel yang semakin menurun. Karena hotel di Bengkulu sangat bergantung kepada wisatawan. Apalagi banyak wisatawan yang ke Bengkulu ini menggunakan jalur udara. \"Kami dari pelaku pariwisata berharap agar pemerintah harus membuka ruang untuk bicara seperti apa permasalah yang dihadapi industri penerbangan. Pemerintah harus mengakomodir dan tampil mendengar keinginan para pelaku di seluruh sektor,\" ungkapnya.

Sementara itu, Ketua DPD ASITA Bengkulu, Nurmalena mengatakan, naiknya biaya tiket sejumlah maskapai sangat memengaruhi target kunjungan wisatawan ke Bengkulu ataupun dari Bengkulu ke berbagai destinasi lainnya. \"Sejak naiknya tiket maskapai penerbangan, omzet biro perjalanan yang tergabung di ASITA juga ikut anjlok sekitar 30 hingga 50 persen,\" ujarnya.

Tidak hanya persoalan harga tiket yang mahal, adanya kebijakan tarif bagasi terhadap penumpang pun berimbas terhadap sektor pariwisata. Hal ini mengakibatkan banyak wisatawan mengurangi barang bawaan mereka sehingga sangat sedikit membeli oleh-oleh dari Bengkulu.

\"Adanya kebijakan maskapai yang menerapkan bagasi berbayar sehingga wisatawan atau tamu jadi enggan berbelanja oleh-oleh. Sebab, harus membayar lebih untuk bagasi,\" tutupnya.

Di sisi lain, Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Dyah Anugrah Kuswardani MA mengatakan, berdasarkan data lalu lintas barang yang diangkut melalui Bandara Fatmawati Soekarno pada November 2018 lalu, tercatat mencapai 343.739 kg atau mengalami penurunan sebesar 13,35 persen dibandingkan Oktober 2018.

Penurunan ini terjadi sebelum kebijakan bagasi berbayar diterapkan. Setelah kebijakan ini diterapkan kemungkinan lalu lintas barang akan semakin menurun. \"Kita perkirakan lalu lintas angkut barang di Bandara Fatmawati juga akan semakin menurun, ini karena kebijakan bagasi berbayar,\" tuturnya.

Tidak hanya masalah bagasi berbayar, pihaknya juga memperkirakan jumlah penerbangan di Bandara Fatmawati Soekarno juga akan mengalami penurunan. Hal ini dilatarbelakangi mahalnya harga tiket angkutan udara di Bengkulu. Bahkan, pada November 2018 lalu saja, BPS mencatat ada 862 penerbangan, jumlah ini mengalami penurunan sebesar 1,37 persen bila dibandingkan dengan bulan Oktober 2018.

Begitu juga dengan lalu lintas penumpang di Bandara Fatmawati Soekarno pada November 2018 lalu yang tercatat sebanyak 85.248 orang penumpang atau mengalami penurunan sebesar 7,66 persen bila dibandingkan dengan Oktober 2018. \"Sewaktu belum mahal saja sudah terjadi penurunan penerbangan dan penumpang, kalau saat ini sudah mahal maka bisa dipastikan akan ikut menurun,\" tutupnya.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: