Ratusan Rumah Terendam Banjir
BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Hujan deras yang terjadi sejak sore sampai malam hari pada Rabu (12/12) membuat sejumlah wilayah di Kota Bengkulu tergenang air. Berdasarkan pantauan Bengkulu Ekspress ratusan rumah terendam banjir tersebar di Kelurahan Pinang Mas, Kelurahan Semarang, Surabaya, Sawah Lebar Baru dan Tanjung Agung.
Rata-rata rumah terendam banjir setinggi paha orang dewasa. Tidak hanya perumahan, badan jalan juga ikut terendam banjir sehingga menyebabkan kepadatan kendaraan dari kedua arah. Sejumlah titik jalan yang terendam diantaranya jalan Irian di Kelurahan Tanjung Agung dan Jalan Kalimantan di Kelurahan Rawa Makmur.
Tidak hanya banjir, sejumlah rumah juga terkena dampak tanah longsor akibat kontur tanah labil tidak kuat menahan debit air yang terlalu besar. Tanah longsor mengancam satu unit rumah milik Kastijah warga di RT 15 Kelurahan Bentiring. Tanah longsor juga terjadi di Rumah Dinas Walikota, tepatnya pelapis tebing yang berada dibagian belakang amblas sepanjang 25 meter.
Salah satu titik banjir cukup parah terjadi di Perumahan Ejukha RT 28 RW 1 Kelurahan Pinang Mas, Kecamatan Muara Bangkahulu. Dari sekitar 200 unit rumah yang berada di perumahan tersebut sekitar 65 persen terendam air setinggi perut orang dewasa. Air mulai masuk menggenangi rumah warga sekitar pukul 19.00 WIB Rabu (12/12), air terus naik sampai keesokan harinya pada Kamis (13/12).
\"Tempat kami ini dapat kiriman air dari pinang mas, sidodadi keluarnya hanya ada satu jalur itupun sudah tidak maksimal untuk mengeluarkan air,\" jelas Ketua RT 28 Deki Kurniawan.
Bagi warga yang rumahnya tidak bisa ditempati karena tergenang air menumpang terlebih dulu diteras rumah warga lain yang rumahnya tidak tergenang air. Warga juga secara swadaya membuat dapur umum dan tempat berjaga jika malam untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. \"Sampai saat ini tidak ada dinas terkait kesini, kita swadaya membeli bahan makanan,\" ujar Deki.
Banjir disekitar Kelurahan Pinang Mas terbilang parah, selain lokasinya dekat dengan sungai besar saluran drainase juga sangat minim sehingga akses untuk mengeluarkan air tidak maksimal. Suasana berbeda terlihat di Kelurahan Tanjung Agung.
Meski sejumlah rumah terendam banjir setinggi perut orang dewasa tetapi banjir tersebut dimanfaatkan warga mencari ikan dengan tangkul dan jala. Tidak hanya satu atau dua orang, tetapi pencari ikan musiman saat banjir tersebut cukup banyak. Mereka berjejer dipinggi trotoar jalan. Ikan hasil tangkapan cukup banyak, Lele, Nila dan sepat . \"Kalau banyak dijual, kali sedikit untuk konsumsi saja. Setiap ada air besar seperti ini warga disini memang mencari ikan, sudah biasa,\" ujar Pedi salah satu warga Tanjung Agung.
Berkaitan dengan banjir, warga sekitaran Kelurahan Tanjung Agung seperti sudah biasa. Karena setiap hujan deras dengan itensitas lama rumah mereka pasti tergenang. Tidak heran jika banyak rumah warga sudah ditinggikan sehingga air tidak masuk kedalam rumah. \"Tetapi hujan kali ini cukup tinggi airnya, sampai batas perut. Paling dua hari lagi ini baru surut,\" imbuh Pedi.
Berbeda lagi yang dialami Kastijah warga di RT 15 Kelurahan Bentiring. Rumah miliknya nyaris amblas akibat pondasi penahan tanah disamping rumahnya longsor. Sekitar satu meter lagi rumah Kastijah bakal amblas akibat dampak tanah longsor. \"Longsornya karena hujan tidak berhenti dari malam tadi, air dari atas nampung dipondasi jadi langsung longsor,\" terang Kastijah.
Dampak banjir juga menyebabkan ditutupkan akses jalan menuju Kelurahan Tanjung Agung - Semarang. Akses jalan ditutup dari Simpang 4 Sukamerindu oleh personel Sat Lantas Polres Bengkulu. Akses jalan akan dibuka kembali jika kondisi air yang menggenangi badan jalan memungkinkan untuk dilintasi kendaraan.
Puluhan Hektar Sawah Terendam Banjir
Selain rumah, puluhan hektar sawah milik Petani di Rawa Makmur Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu terancam menunda musim tanam padi akibat bibit padi yang baru disemai terendam banjir. Hal tersebut disebabkan curah hujan di Kota Bengkulu cukup sering terjadi akhir-akhir ini.
\"Saya baru menyemai padi sekitar 10 hari lalu, sudah tiga hari ini terendam banjir. Kalau terlalu lama tergenang air, maka kemungkinan bibit ini akan mati, jadi harus nyemai bibit baru, sehingga bisa menunda penanam musim ini,\" terang Agung Hamidi, salah seorang Petani di Kota Bengkulu, kemarin (13/12).
Ia menuturkan bahwa zat asam di areal persawahannya cukup tinggi, sehingga apabila terlalu lama padi terendam air bisa menganggu pertumbuhan padi yang berujung pada kematian pada bibit padi yang baru ia tanam. \"Sudah tiga hari sawah saya terendam banjir. Padahal banyak yang mau dikerjakan. Petani lain juga mengeluhkan hal sama. Mudah-mudahan air cepat surut. Biar bibit yang baru disemai tak mati,\" harap Agung.
Hal senada juga diungkapkan oleh Zainudin yang areal sawahnya berdampingan dengan Agung. Menurutnya akibat sawahnya terendam air, selain tidak bisa mengerjakan pekerjaan sawah, dirinya juga kesusahan mencari rumput untuk sapinya akibat banyak lahan yang tergenang air. \"Bukan hanya sulit menanam padi, untuk mencari rumput saja susah,\" terang Zainudin.
Selain itu, akibat terendam air selama berhari-hari, batang tanaman padinya juga menjadi busuk. Padahal tanaman padinya tersebut sudah siap panen. \"Saya jadi mengalami kerugian hingga jutaan rupiah. Sebagian sudah ada yang dipanen guna menghindari kerugian yang lebih banyak. Terlebih, diperkirakan curah hujan masih tinggi yang rawan menyebabkan banjir susulan,\" kata Zainudin.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Ir Ricky Gunarwan mendorong, agar para petani memiliki asuransi pertanian agar terlindungi dari gagal panen. Banjir yang sempat merendam sawah bukan saja berdampak pada kerugian masyarakat, ekonomi, sosial dan infrastruktur. Selain itu, dengan ikut asuransi pertanian membuat petani akan mendapatkan ganti rugi apabila tanamannya rusak. \"Kalau petani memanfaatkan asuransi pertanian maka kerugiannya bisa diganti rugi,\" kata Ricky.
Ia menyarankan, untuk petani padi yang memiliki lahan yang berada di wilayah rawan bencana, agar mengasuransikannya, sebagai antisipasi kerugian yang dialami. Bahkan Kementrian Pertanian dan Pemerintah sudah bekerja sama dengan perusahaan asuransi terkait subsidi asuransi untuk lahan padi terdampak bencana, baik pengaruh banjir, kekeringan maupun serangan hama penyakit. \"Dengan subsidi sebesar Rp144.000. Jadi dari Rp180.000 premi yang harus dibayar dikurangi subsidi, petani tinggal membayar Rp36.000 saja per hektare setiap musim tanam (4 bulan sekali),\" tutupnya.(999/167)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: