Pemprov Bengkulu Harus Integrasikan Angkot dan BRT
Hindari Konflik Angkutan Umum
BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu harus segera mengintegrasikan angkutan kota (Angkot) dengan Bus Rapid Transit (BRT). Hal ini dilakukan untuk menghindari konflik dan menurunnya jumlah penumpang diantara kedua jenis angkutan umum ini.
Pengamat Transportasi Publik Universitas Bengkulu, DR Herdiansyah mengaku, untuk menghindari konflik, Pemerintah harus membuat jalur angkutan khusus untuk BRT Trans Rafflesia. Jika ini tidak dilakukan maka akan menyebabkan peminat BRT tidak tumbuh dengan baik, karena sebagian besar masyarakat membutuhkan transportasi umum hanya di jalur utama daerah. Belum lagi kondisi angkot belakangan ini, juga semakin sepi penumpang, lantaran hadirnya berbagai bentuk moda transportasi yang baru.
\"Ketidakjelasan waktu tempuh, rute yang ruwet serta sisi layanan yang ditawarkan menjadi pertimbangan masyarakat masih memilih transportasi Angkot. Sedangkan BRT memiliki kejelasan waktu tempuh dan rutenya, juga tidak dapat mengakomodasi masyarakat dengan baik karena jalur koridor yang telah beroperasi sekarang ini dinilai kurang tepat,\" kata Herdiansyah, kemarin (14/11).
Dengan kondisi tersebut, masyarakat saat ini lebih cendrung tetap menggunakan kendaraan pribadi mereka baik mobil maupun motor. Sehingga hal itu merupakan kabar buruk bagi BRT dan angkot. Untuk itu, pihaknya berharap ada integrasi antara BRT dan Angkot dengan merealisasikan koridor Trans Rafflesia di jalur utama daerah dan merevisi rute angkot yang berlaku saat ini.
\"Jadi angkot diperuntukkan menjadi angkutan pengumpul dari perumahan-perumahan ke koridor BRT. Kondisi seperti itu akan membuat Angkot dan BRT menjadi bersinergi, bukan malah menimbulkan konflik karena tumpang tindih rute,\" terang Herdiansyah.
Dengan dilakukannya pengaturan ulang tersebut, diperkirakan angkutan kota tidak lagi harus menempuh rute panjang seperti sekarang. Dimana rute tersebut membuat biaya operasional semakin tinggi dan jumlah penumpang saat ini cenderung mengalami penurunan. Bahkan Passenger Load Factor (PLF) atau faktor muat angkutan kota, hanya sekitar 2-4 penumpang. Sedangkan kapasitas muatan sekali angkut bisa sampai 10sampai 11 penumpang.
\"Jika beroperasi pada jalur perumahan, saya yakin PLF angkot mengalami pertumbuhan sangat baik, karena banyak masyarakat yang akan menggunakan ini untuk ke koridor BRT, dan biaya operasional angkot juga akan semakin rendah,\" tutupnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu, Ir Bambang Budi Djatmiko mengaku, akan melakukan integrasi angkutan umum untuk mendukung hal tersebut. Sehingga jika moda transportasi baik kecil, sedang, besar sudah terintegrasi maka permasalahan di Bengkulu terkait rute bisa diselesaikan dengan baik. \"Nanti akan kami bahas dengan Organda dan operator. Jika semuanya terintegrasi, itu sangat-sangat bisa dan cukup baik,\" tutupnya.(999)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: