Kakak Sempat Memiliki Firasat, Korban Dikenal Sosok Cerdas

Kakak Sempat Memiliki Firasat,  Korban Dikenal Sosok Cerdas

Mengunjungi Rumah Orang Tua Korban Lion Air JT 610

Keluarga besar Siharman yang ada di RT 11/6 Kelurahan Tempel Rejo telah mengikhlaskan Dewi Herlina (30) yang menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 pada Senin (29/10/2018) kemarin.

Ari Apriko, Curup Selatan

LANGIT mendung yang menyelimuti Kota Curup Selasa (29/10) pagi seakan turut merasakan duka yang dialami keluarga Siharman dan Ridamsi di RT 11/6 Kelurahan Tempel Rejo Kecamatan Selatan.

Rumah dengan cat hijau dengan halaman luas tersebut tengah dirundung duka, pasalnya salah satu korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 bernama Dewi Herlina yang tercatat nomor 65 dalam manifest pesawat Lion Air JT 610 merupakan anak kedua dari pasangan Siharman dan Ridamsi.

Suasana duka jelas terlihat dirumah orang tua korban yang ada di gang mawar tak jauh dari Kantor Lurah Tempel Rejo. Meskipun hanya ada beberapa kerabat korban yang datang, namun terlihat para keluarga sudah menyiapkan kehadiran sanak keluarga yang akan datang untuk menanyakan kondisi terbaru dari Dewi Herlina.

Di ruang tamu rumah orang tua korban, terlihat sudah terpasang karpet berwarna merah sedangkan kursi tamu yang biasanya mereka gunakan sudah diletakkan disisis-sisi ruang tamu.

Sementara itu diruang keluarga tampak sejumlah keluarga tengah menanti kabar terbaru dari jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 dengan menyaksikan siaran televisi. Karena memang berapa channel televisi nasional pasca jatuhnya pesawat tersebut melakukan siaran langsung untuk memberikan informasi terbaru mengenai pesawat Lion Air JT 610.

Meskipun Dewi Herlina merupakan putri Rejang Lebong, namun dalam beberapa tahun terakhir ia sudah menetap di Kota Bekasi bersama sang suami Aldi dan buah hati mereka yang baru berumur 3 tahun bernama Muhammad Sultan.

Dewi Herlina sendiri diketahui merupakan satu dari tiga pegawai Kementerian ESDM yang menjadi korban dari pesawat naas tersebut. Korban sendiri diketahui saat ini terjatat sebagai Analis Kebijakan Pertama Ditjen Migas KESDM. \"Saat kejadian, ia (korban) memang tengah melakukan perjalanan dinas ke Pangkal Pinang bersama sejumlah rekannya dari Kementerian ESDM,\" sampai Satip kakak ipar korban saat ditemui dirumah duka.

Diungkapkan Satip, korban merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dimana kakak tetuanya adalah Eki Yunita yang tak lain adalah istrinya sendiri, sedangkan dua adiknya yaitu Novriani dan Novriana. Sebelum kejadian menimpa korban, Satip mengaku terakhir kali mereka berkomunikasi dengan korban sekitar satu minggu sebelum jatuhnya pesawat yang ia tumpangi.

Dimana menurutnya yang terakhir komunikasi dengan korban adalah istrinya sendiri, sedangkan dengan orang tuanya, Satip belum tak mengetahui pasti, karena memang orang tua korban tak memiliki pirasat apa-apa atas kejadian yang akan menimpa korban.

\"Kalau orang tua tidak ada firasat apa-apa, sehingga komunikasi memang agak jarang, karena sudah terbiasa mengingat Dewi sudah lama tinggal di Bekasi,\" sampai Satip.

Meskipun mertuanya tak memiliki firasat akan apa yang terjadi dengan sang adik ipar, namun Satip mengaku justru sang istri yang memiliki firasat akan kejadian yang akan dialami oleh Dewi.

Dimana sebelum kejadian, sang istri Eki Yunita yang merupakan kakak tertua korban, merasa rindu yang sangat mendalam dengan korban. Eki Yunita sempat mengaku merasa bahwa Dewi sudah berada ditempat yang sangat jauh dan tak tau dimana.

Eki Yunita bahkan sempat menyampaikan keluh kesahnya kepada adik korban Novriani yang bekerja di BPS Bengkulu.

\"Istri saya yang sempat memiliki firasat, ia sempat rindu dengan Dewi sehingga seminggu yang lalu ia menelpon dan ternyata itulah komunikasi terakhir kami dengan Dewi,\" sampai Satip.

Diceritakan Satip, korban sendiri selain terkait dengan pribadi yang baik juga terkenal sebagai sosok yang cerdas, hal tersebut ia tunjukkan sejak kecil sejak menempuh pendidikan di SDN 13 Curup Selatan, kemudian di SMPN 1 Rejang Lebong yang lulus tahun 2003 dan melanjutkan pendidikannya di SMK Taruna Nusantara di Magelang lulus tahun 2006 kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Gajah Mada dan lulus pada tahun 2010 lalu.

Disisi lain, pasca mendapat informasi baik dari televisi maupun dari suami korban yang bekerja di Kementerian PUPR, kedua orang tua korban langsung terbang ke Jakarta pada Senin (29/10) sore menggunakan pesawat terbang dari bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu.

Dari komunikasi terakhir yang dilakukan Satip dengan mertuanya atau ayah korban, hingga Selasa siang kemarin baru tas milik korban yang ditemukan oleh tim penyelamat.

\"Dari informasi terakhir yang disampaikan bapak, baru tasnya (tas Dewi) yang ditemukan,\" aku Satip.

Satip juga mengaku mulai Selasa sore kemarin, mereka akan menggelar yasinan dan doa bersama agar korban bisa segera ditemukan oleh tim penyelamat. Dimana menurutnya doa bersama akan mereka lakukan setelah Salat Asyar yang akan dilakukan oleh keluarga besar, kemudian malam harinya bersama kerabat dan tetangga mereka.

\"Kami berharap adik kami segera ditemukan dalam kondisi apapun, karena kami sudah ikhlas atas terhadap apapun yang terjadi pada adik kami,\" sampai Satip.

Bila nanti sudah ditemukan dan kondisinya sudah meninggal, Satip dan keluarga berharap adiknya bisa dibawa ke Kota Curup sebagai kampung halamannya. Hanya saja menurut Satip hal tersebut tentunya akan mereka rembukkan dulu dengan suami korban, karena memang saat ini korban masih meninggalkan suami dan buah hati mereka.

Sementara itu, berdasarkan pantaun Bengkulu Ekspress diakun media sosial Kementerian ESDM, selain Dewi Herlina ada dua lagi pegawai Kementerian ESDM yang menjadi korban yaitu Inayah Fatwa Kurnia Dewi yang menjabat sebagai Kasie Niaga Gas Bumi Ditjen Migas KESDM sedangkan satu lagi adalah Jannatun Cintua Dewi Analis Kegiatan Usaha Hilir Migas Ditjen Migas KESDM.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: