301.814 Jiwa Hidup Miskin Beras dan Rokok Penyebab Utama

301.814 Jiwa  Hidup Miskin Beras dan Rokok Penyebab Utama

BENGKULU, Bengkulu Ekspress-Sebanyak 301.814 jiwa/orang penduduk Bengkulu hidup miskin pada periode pada Maret 2018. Jumlah ini turun sebanyak 15.43% atau sekitar 15.163 jiwa jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2017 sebanyak 316.977 jiwa.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu, Dyah Anugrah Kuswardani MA menyebutkan, komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di daerah perkotaan maupun perdesaan pada Maret 2018 adalah beras dan rokok kretek filter dimana beras menyumbangkan 19.15% kemiskinan di perkotaan dan 27.11% di perdesaan. Sementara itu, rokok kretek filter menyumbangkan 14.99% di perkotaan dan 11.74% dipedesaan. \"Beras dan Rokok filter masih berpengaruh besar terhadap garis kemiskinan di Bengkulu,\" ujar Dyah, kemarin (16/7).

Menurut Dyah, selain rokok dan beras komoditi bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap garis Kemiskinan di daerah perkotaan maupun perdesaan adalah biaya perumahan dan bensin. Meski tak memberikan alasan jelas, peranan komoditi makanan terhadap kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. \"Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap kemiskinan di Bengkulu sebesar 75,55%, artinya makanan merupakan komoditi penyumbang kemiskinan terbesar di Bengkulu,\" kata Dyah.

Selain itu, data penduduk miskin perkotaan tercatat sebesar 15.25% atau lebih rendah dari Maret 2017 yang tercatat 16.33%, begitu juga didesa tercatat sebesar 15.52% atau lebih rendah dari Maret 2017 yang tercatat sebesar 16.51%. \"Penurunan tersebut disebabkan oleh inflasi yang terkendali pada Maret 2018, terjadi kenaikan UMP, tingkat pengangguran menurun, ekonomi tumbuh dan NTP naik,\" tukasnya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni SKM Mkes MM mengatakan, fenomena seperti ini sudah lama terjadi di Bengkulu dimana konsumsi rokok di kalangan orang dewasa masih cukup tinggi. Lebih lagi konsumsi rokok tersebut dilakukan oleh kalangan masyarakat miskin.

\"Prihatin liat masyarakat miskin uangnya hanya habis untuk beli rokok. Padahal uang tersebut lebih baik dibelikan satu kilo telur agar mampu meningkatkan gizi anak mereka,\" kata Herwan.

Mengejutkan memang, mengingat anak-anak dari kalangan masyarakat miskin itu juga butuh makanan bergizi. Setidaknya, makanan bergizi itu bisa didapat dari sebutir telur. Kalau sudah begini jadinya, wajar rasanya bila banyak anak dari keluarga miskin akan makin miskin. \"Anak-anak itu butuh gizi yang bisa didapat dari telur. Kalau kekurangan gizi, anak-anak jadi suka mengantuk. Di kelas enggak fokus, akibatnya tinggal kelas. Nahasnya, ada yang memutuskan tidak sekolah. Memilih bekerja, ya pekerjaan kasar. Pada akhirnya, miskin lagi,\" ujar Herwan.

Untuk itu, tak salah bila dikatakan siklus kemiskinan terjadi karena adanya rokok. Karena itu, amat disayangkan masih banyak orang yang memilih untuk merokok, padahal ia tahu bahwa merokok itu merupakan penyebab tunggal kematian paling utama yang dapat dicegah.

\"Harapan saya masyarakat harus lebih mementingkan urusan yang lebih penting untuk anak dan keluarganya seperti membelikan telur atau makanan bergizi daripada rokok,\" tukasnya.

Kepala Dinas Sosial Provinsi Bengkulu, Iskandar ZO mengatakan, saat ini Dinas Sosial sedang mengoptimalkan empat program upaya pengentasan kemiskinan bagi masyarakat di Provinsi Bengkulu. \"Program fokus kita tahun 2018 yaitu penanganan fakir miskin, pemberdayaan sosial, rehabilitasi sosial, serta perlindungan dan jaminan sosial,\" ujar Iskandar.

Dikatakan Iskandar, pelaksanaan empat program unggulan tersebut telah mulai direalisasikan sejak tahun 2017. Program tersebut pada tahun ini juga akan dilaksanakan lagi dengan bekerjasama Kementerian Sosial Republik Indonesia. \"Sejauh ini kita sudah anggarkan di tahun 2017 dan meyakinkan Kemensos RI untuk bersinergi bersama dalam pengentasan kemiskinan di Provinsi Bengkulu,\" tutupnya.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: