Melihat Upaya Pelestarian Rumah Asli Rejang

Melihat Upaya Pelestarian Rumah Asli Rejang

  \"Ary, Ditengah teriknya matahari Minggu (15/7) kemarin, serta dinginnya udara Kabupaten Rejang Lebong, beberapa orang tengah duduk dibagian depan rumah berbentuk limas yang ada di Desa Air Meles Atas Kecamatan Selupu Rejang.Rumah tersebut, berdiri sendiri ditengah-tengah perkebunan kopi tak jauh dari kawasan Objek Wisata Suban Air Panas yang merupakan objek wisata andalan di Kabupaten Rejang Lebong. Tak hanya duduk, beberapa orang tersebut, tampak tengah merapikan beberapa bagian dari rumah tersebut, karena memang rumah tersebut baru berdiri sekitar satu tahun terakhir di kawasan tersebut. Meskipun terbilang baru, namun arsitektur rumah tersebut, tak menyerupai rumah-rumah saat ini yang didominasi oleh bagunan yang terbentuk dari semen maupun bata dan berlantaikan keramik. Namun rumah tersebut, merupakan rumah panggung, yang sebagian besar bahannya adalah kayu. Rumah tersebut berdiri dengan belasan tiang yang terbuat dari balok kayu ukuran 20X20 CM. Begitu juga dengan lantai dan dindingnya yang terbuat dari papan dengan lebar mencapai 30 cm. Hampir tak ada sentuhan semen sama sekali dari bangunan rumah tersebut. Dibagian depan tepat diatas tangga tertulis angka 1.322 yang dipercaya menunjukkan tahun pembuatan rumah tersebut. Sembari menunjukkan beberapa bagian dan isi rumah, pemilik rumah Sri Astuti (50) mengaku bahwa rumahnya tersebut memang baru dibangun dikawasan tersebut. Namun menurutnya rumah tersebut tidak baru, karena merupakan hasil pindahan dari kawasan Kesambe Baru Kecamatan Curup Timur. Rumah tersebut ia pertahankan bentuk aslinya sebagaimana rumah tersebut saat berada ditempat asalnya yaitu di kawasan Kesambe Baru. Meskipun ia mengaku ada beberapa bagiannya yang tidak bisa dipertahankan karena sudah lapuk mengingat sebelumnya rumah tersebut sempat tidak terurus.

\"Beberapa bagian memang tidak bisa kami pertahankan karena sudah tidak bisa lagi digunakan terutama bagian atap dan pelafon serta jendela bagian depannya,\" aku Sri yang merupakan Guru di SDN 6 Rejang Lebong tersebut.
Meskipun beberapa bagian dari rumah tersebut tidak bisa ia pertahankan, namun dengan bahan yang baru mereka masih mempertahankan bentuknya sesuai dengan bentuknya yang lama.Sri mengaku mempertahankan bentuk asli dari rumah tersebut, tak lain sebagai upayanya mempertahankan keaslian rumah yang merupakan rumah asli Suku Rejang tersebut. Upaya pelestarian yang ia lakukan tersebut, karena ia yang memiliki darah Rejang berharap rumah-rumah tradisional asli Rejang tidak hilang ditelan kemajuan zaman. Terlebih lagi ia mengaku sebagai pencinta barang-barang unit jaman dulu termasuk rumah asli Suku Rejang.\"Rumah ini awalnya  Hj Ali Hanafiah di Kesambe Baru, Rumah ini merupakan salah satu rumah asli Rejang Selupoak atau Rejang Musi,\" Sampai Sri. Dalam membangun kembali rumah tersebut, Sri mengaku telah menghabiskan anggaran mencapai 100 juta lebih. Dimana anggaran tersebut baik digunakan untuk membeli rumah itu sendiri harganya mencapai Rp 30 juta maupun biaya untuk memindahkan dan membangun kembali. Uang yang ia gunakan tersebut baik berasal dari uang pribadinya dan dibantu salah satu penggiat budaya dari Bandung dengan memberikan bantuan Rp 28 juta, selebihnya dana pribadinya. Selain mempertahankan bentuk asli dari rumah masyarakat Rejang tersebut, rumah tersebut juga ia isi dengan berbagai macam pernak-pernik atau alat-alat tradisional masyarakat Rejang, alat-alat tradisional yang menghiasi rumah tersebut baik ia beli dari berbagai tempat maupun koleksi pribadi keluarganya. Dalam melestarikan rumah masyarakat Rejang tersebut, Sri mengaku masih terganjal dengan dana, sehingga proses pembangunannya sendiri ia lakukan secara bertahap. Selain itu, rumah yang ia tempati bersama keluarganya tersebut ia buka untuk umum, sehingga masyarakat yang ingin berwisata budaya dengan melihat rumah asli suku rejang dan peralatan-peralatan tradisional yang sudah berusia puluhan bahkan hingga ratusan tahun, ia mempersilahkan dan tidak dipungut biaya, melainkan ia hanya menyediakan sebuah kotak didekat pintu rumah, jadi bagi pengunjung yang ia menyumbang untuk pembangunan dan pelestarian rumah Rejang tersebut bisa memasukkan ke kotak tersebut.
\"Karena memang tujuan saya untuk melestarikan dan masyarakat banyak yang tahu, jadi siapa saja yang mau kesini kami persilahkan baik untuk sekedar berwisata dan berfoto atau bahkan ingin belajar,\" aku istri dari Sabril tersebut.
Berdasarkan pantauan Bengkulu Ekspress, rumah yang berada dijalan penghubung antara Desa Air Meles Bawah dan Air Meles Atas tersebut memiliki lebar 9 meter dan panjang 20 meter. Rumah tersebut terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian beranda, ruang tamu dan empat kamar yang saling berhadapan. Sedangkan bagian tengahnya adalah lorong hingga ke dapur dan lainnya, bentuk yang dipertahankan pemilik bukan hanya pada bagian depan maupun dalamnya saja namun hingga bagian belakang rumah, hanya saja saat ini belum sempurna karena masih dalam proses pembangunan. Rumah tersebut benar-benar menggambarkan kemajuan masyarakat Rejang kala itu, turutama untuk memanfaatkan beberapa bagian rumah, hal tersebut terlihat dari dinding pembatas antara ruang tamu dan dua kamar dibagian depan yang bukan hanya dinding biasa namun dijadikan lemari untuk menyimpan perkakas masyarakat Rejang kala itu. Sedangkan sejumlah peralatan tradisional yang sudah tersimpan mulai dari guci berusia ratusan tahun, peralatan memasak, memngambil air, hingga untuk mengambil nira aren yang menunjukkan sejak dulu masyarakat Rejang sudah dekat dengan pembuatan gula merah.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: