TINDAK SPEKULAN Wajib Beli Rp 1200/Kg, Pabrik Dilarang Tutup

TINDAK SPEKULAN Wajib Beli Rp 1200/Kg, Pabrik Dilarang Tutup

BENGKULU, Bengkulu Ekspress- Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Bengkulu, Dr H Rohidin Mersyah MMA mengumpulkan semua pengusahan sawit melalui Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan bupati dengan wilayah penghasil buah kepala sawit. Rapat sempat berjalan alot. Plt Gubernur beradu argumen dengan pengusaha sawit. Dalam kesepakatan itu, Plt Gubernur Bengkulu yang memimpin rapat secara langsung, mengambil keputusan harga sawit di pabrik tetap Rp 1.200 perkilonya.

Lalu meminta kepada semua pabrik tidak tutup atau menolak masyarakat yang ingin mejual sawit. Kecuali dengan kondisi tertentu, penampungan CPO di pabrik penuh. Harga, juga dapat disesuaikan dengan kualitas sawit yang dijual. Termasuk menetapkan harga sawit setiap bulannya bersama pemprov dan GAPKI serta perusahaan sawit lainnya yang tidak tergabung dalam GAPKI.

\"Jika ada yang keluar dari itu termasuk ada spekulan, aparat penegak hukum harus tegas menindak. Pelaku usaha juga jangan mementingkan kepentingan sepihak, apalagi mencari kesempatan dengan kondisi seperti ini. Jika terjadi maka harus ada pendekatan hukum,\" kata Plt Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, dalam rapat, kemarin (11/7).

Rohidin sempat meninggi, saat GAPKI mengaku berat membeli harga sawit Rp 1.200 perkilo. \"Kondisi normal harga sawit di Bengkulu itu Rp 1.400-1.500 perkilonya. Jika buyer Bengkulu menurun Rp 300-350 perkilo dibanding dengan provinsi besar penghasil sawit lainnya, maka harga Rp 1.200 perkilo itu tidak berat. Yang jadi pertanyaan kenapa itu tidak dipatuhi? padahal harga itu disepakati bersama dengan GAPKI sebelumnya,\" tegas Rohidin.

Rohidin juga menegaskan, terjadinya penumpukan bahan baku sawit di pabrik itu bukan jadi alasan, atas adanya penurunan harga. Sebab, tahun lalu dengan kondisi yang sama, tidak sampai bergejolak seperti ini. Jika itu dengan alasan libur panjang, maka provinsi lain harusnya mengalami hal yang sama. \"Libur lebaran, lonjakan panen itu bukan jadi alasan. Karena provinsi lain juga sama, libur panjangnya. Lagian, yang libur itu PNS bukan swasta, karena swasta memiliki kebijakan sendiri untuk memperlambat ataupun mempercepat hari libur,\" tuturnya.

Rohidin mengatakan harga Rp 1.200 perkilo itu harus ditaati oleh semua pengusaha yang memiliki pabrik sawit. Tinggal lagi dikualitas kelapa sawit yang akan dibeli oleh pihak pabrik, dapat disesuaikan harga dan kualitas kelapa sawitnya. \"Tidak ada alasan lagi untuk tidak dipatuhi,\" tegas Rohidin.

Senada dengan Bupati Bengkulu Utara Ir Mian menegaskan, jika harga itu turun karena kualitas kelapa sawit di masyarakat jelek. Maka dirinya telah menginstruksikan dinas yang bersangkutan untuk membina petani sawit, dapat memanen sawitnya benar-benar masak atau layak dipetik. Namun usaha itu, justru masih banyak pabrik yang tidak menerima sawit dari masyarakat.  \"Efeknya sangat dasyat dimasyarakat, karena kondisi seperti ini kredit masyarakat banyak macet, belum lagi kondisi kebun yang akan rusak jika tidak dipetik buah sawitnya,\" beber Mian.

Hal yang dilakukan, jika pabrik ingin membeli kelapa sawit dengan kualitas baik, maka putuskan untuk benar-benar tidak membeli atau menerima sawit kualitas jelek. Jangan ada permainan didalamnya, sebagian masih diterima kondisi sawit jelek. \"Berikan soft terapi dengan masyatakat yang jual sawit jelek. Karena itu merusak petani yang baik,\" ujarnya.

Perwakilan masyarakat, Zahari dari Kabupaten Mukomuko mengatakan turunnya harga ini karena ada permainan di suplayer dari pabrik. Karena dengan harga yang ditetapkan Rp 1.200 itu, di masyarakat hanya bisa dibeli Rp 700 perkilonya. \"Kami minta sampai ditingkat petani harga itu jangan kurang dari Rp 1.000 perkilo. Karena kalau kurang, pembagiannya kami dengan tukang dodos belum lagi perawatan tidak akan mencukupi,\" ungkap Zahari.

Hal itu ditanggapi oleh Ketua GAPKI Cabang Bengkulu, John Siregar, menurutnya di Indonesia harga sawit tertinggi itu ada di Dumai dan Belalawan. Semua menginduk dan mengikut harga yang ada di daerah itu, termasuk Bengkulu.  Kondisi sekarang, Bengkulu mendapatkankan imbas penurunan harga karena kualitas sawit Bengkulu menurun. Belum lagi, CPO yang sudah ditampung di pabrik, belum laku dijual.

\"Bukan tidak mau kami beli, penampungan CPO kami penuh. Termasuk kualitas atau random sawit dari masyarakat yang harusnya sampai 23 tapi cuma bisa dibeli dengan random 19. Ini juga jadi masalah,\" terang John.

Menurutnya, solusi tetap akan dilakukan, bagaimana hal itu tidak merugikan perusahaan dan pemerintah juga tidak merasa dirugikan. Kondisinya dengan memperbaiki kualitas kelapa sawit dari masyarakat. Termasuk untuk memberikan ruang kepada pabrik sawit untuk mencari investor, bisa membeli CPO yang sudah penuh di pabrik. \"Kami perusahaan juga tidak mau rugi. Dengan kondisi sekarang, kami juga ikut merugi,\" paparnya. Meski mengalami perdebatan panjang, akhirnya perusahaan sawit bersama pemprov melunak dengan memputuskan beberapa kesepakatan. (151)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: