\"Tahun ini, kita cuma mendapatkan kucuran dana untuk melakukan fogging sebesar Rp 91 juta. Padahal, anggaran yang kita usulkan sebesar Rp 350 juta.
Namun, walupun anggaran minim, kita berupaya maksimal memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat,\" ujar Kadinkes Benteng, I Putu Sura Artika S.Km didampingi Sekretaris dinas, H Sukarman, kemarin di ruang kerjanya. Dari anggaran sebesar Rp 91 juta peruntukannya harus bisa memfogging setiap desa dan kecamatan bila terjangkit DBD.
Mirisnya anggaran itu untuk pembelian segala macam alat fogging, mulai dari pembelian racun, solar, biaya operasional dan pembelian alat semprot. Juga digunakan untuk anggaran sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat. Dana sekecil itu diyakini takkan cukup menanangani semua kasus DBD yang terjadi di Benteng.
Terlebih berkaca dari tahun lalu kasus DBD di Bumi Maroba Kite Maju ini cukup tinggi. Berdasarkan data yang dimiliki oleh pihak Dinkes Benteng untuk tahun 2012 lalu, tercatat terjadi sebanyak 60 kasus DBD. Dari jumlah itu satu korban diantaranya meninggal dunia pada sekitar bulan Mei 2012 lalu di Kecamatan Taba Penanjung.
Untuk tren DBD paling banyak terjadi sekitar pertengahan tahun, antara bulan April hingga Oktober. Hal itu, jika berkaca pada data rill tahun 2012 lalu. Untuk kecamatan yang sering terjangkit DBD itu, terbanyak di beberapa kecamatan, seperti Taba Penanjung, Karang Tinggi, Talang Empat dan lainnya.
\"Kita juga menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat dan selalu waspada dengan DBD, dengan menguburukan barang yang dapat menampung air. Cara ini dapat mengurangi risiko DBD,\" tandasnya. (111)