NAPAL PUTIH, Bengkulu Ekspress - Perbaikan rel Kereta Roli Ekspress (Molek) menuju Desa Lebong Tandai Kecamatan Napal Putih terus diperjuangkan. Suara dan jeritan dari masyarakat terus disampaikan kepada pemerintah, agar akses transportasi menuju desa terpencil itu dapat dijangkau dengan mudah. Bahkan, anggota DPRD Bengkulu Utara (BU) Dapil setempat Sonti Bakara SH juga terus berupaya agar kondisi rel yang dalam keadaan rusak parah itu segera diperbaiki.
‘’Kita terus memperjuangkan agar perbaikan itu dapat terlaksana. Baik ditingkat kabupaten melalui pak bupati maupun kepada pak gubernur ditingkat provinsin,’’ ujar Sonti kepada BE kemarin (1/2).
Ia mengaku sangat prihatin melihat kondisi warga Desa Lebong Tandai yang terpaksa berjuang keras agar dapat keluar-masuk desa. Karena, perbaikan rel Molek terkendala masalah kepemilihan aset, lantaran rel itu merupakan peninggalan Belanda dan bukan milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkulu Utara.
‘’Pembicaraan-pembicaraan inilah yang perlu dilakukan, agar perbaikan rel tidak menimbulkan masalah bagi pemerintah kedepannya, terkait kepemilikan aset tersebut,’’ ungkapnya.
Ia juga menyampaikan tengah mengupayakan agar perbaikan itu dapat dilakukan melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD). ‘’Kita juga nanti bekerjasama dengan TNI dan itu sudah diservei agar dapat dibangun. Artinya, kita semua berupaya, supaya penderitaan masyarakat yang berada di Lebong Tandai itu, bisa dapat kita jawab,’’ terangnya.
Terpisah Bupati BU Ir Mian mengaku, juga masih memperjuangkan agar dapat dibuka jalan darat menuju Lebong Tandai. Bahkan, mengenai tindak lanjut MoU bersama PT API yang memiliki izin pengelolaan hutan di kawasan itu, sudah berada di tangan gubernur.
‘’Kita hanya memfasilitasi agar dapat dibukanya jalan menuju Desa Lebong Tandai. Keputusannya berada pada Pak Plt Gubernur,’’ tutur bupati.
Sebelumnya, sebanyak 200 Kepala Keluarga (KK) Desa Lebong Tandai Kecamatan Napal Putih mulai merasa takut keluar desa. Hal ini disebabkan semakin parahnya kerusakan rel dan jembatan penghubung, yang dilewati kereta Molek.
Bahkan, waktu tempuh Molek dari biasanya hanya 3 jam perjalan, bisa mencapai 8 jam. Tak hanya itu, jika cuaca hujan disertai angin kencang, tak ada kereta Molek yang beroperasi, lantaran takut longsor dan ditimpa pohon tumbang.
‘’Ada puluhah titik kerusakan rel. Belum lagi, ditambah dengan kerusakan jembatan penghubung. Akibatnya, warga takut keluar desa. Tak hanya itu, rute perjalanan molek yang sehari bisa mencapai 3 kali, dikurangi menjadi 1 kali sehari. Itupun masih melihat kondisi cuaca,’’ pungkas Asmadi.(816)