Belasan perwakilan pemenang lomba yang diadakan dalam Festival Tabut, Senin (02/10/17) menyambangi Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Bengkulu. Mereka bermaksud untuk mempertanyakan uang pembinaan yang jumlahnya jauh menurun dibandingkan tahun lalu. Mulyanto, salah satu pemenang lomba telong-telong mengatakan, mereka ingin tahu kenapa jumlah hadiah yang mereka dapat sangat jauh menurun dan tidak ada pemberitahuan.
\"Tahun kemarin dan tahun-tahun sebelumnya sampai Rp 4 juta, tahun ini emas dikasih cuma 5 gram, kalau dijual berarti nilainya paling besar Rp 2,5 juta. Piala juga juara 1 juara 2 sama besarnya. Kalau juara 1 cuma Rp 2,5 juta, gimana juara 2 3 dan yang juara harapan? Modal kami bikin telong-telong itu sampai Rp 10 jutaan, kami tidak mengharap uang, tapi caranya jangan seperti ini. Hadiahnya itu memang dari dulu tidak pernah cukup nutupin modal, janganlah di turun-turunkan lagi. Anak-anak kecil yang bantu dorong telong-telong itu kan mau di kasih, masa kasih Rp 10 ribu? Nanti dibilang ketua yang makan uang hadiahnya,\" ujar Mulyanto.
Sayangnya, kedatangan perwakilan pemenang ini tak membuahkan hasil karena Kabid Kebudayaan Disdikbud, Martina Nengsih sedang melaksanakan Dinas Luar sehingga tak dapat di konfirmasi. Dan PPTK Tabut Irwan Fansyuri malah \'kabur\' dan lepas tangan saat perwakilan pemenang lomba berkumpul di Dikbud dan malah mengatakan itu bukan tanggungjawabnya melainkan tanggungjawab bendahara.
\"Tadi PPTK ada disini, tapi dia bilang itu tugas bendahara, sekarang dia hilang, kabur,\" ujar Mulyanto.
Mulyanto mengatakan, ia dan pemenang lainnya tak akan mau mengambil hadiah jika belum ada penjelasan dari pihak Dikbud. Bahkan pihak pemenang akan melakukan demo besar-besaran jika tetap tak ada tanggapan.
\"Kami kan dibawah Ketab, Keluarga Tabut Budaya. Saya akan kembalikan dulu ke ketua saya, sementara kami tidak akan mengambil hadiahnya. Kalau perlu nanti kami demo besar-besaran. Ini baru sebagian yang datang, banyak kalau datang semua,\" ujarnya. (ibe)