Jembatan itu terjuan ke sungai karena pondasi penahannya tidak kuat menahan terjangan derasnya air sungai. Akibat putusnya jembatan itu, aktifitas masyarakat di lima desa yakni Desa Lubuk Gading, Ketapi, Lubuk Semantung, Kukur dan Lubuk Tanjung terganggu terganggu. Mengingat, jembatan tersebut meruopakan akses paling cepat menuju Kecamatan Tanjung Agung Palik dan Kota Arga Makmur.
\"Aktivitas masyarakat jelas terganggu, karena lewat jembatan ini biasanya hanya membutuhkan waktu 10 menit sampai ke kecamatan. Karena putus, maka harus mutar lewat jalan PT Agung di Ketapi, jarak tempuhnya sekitar 30 menit,\" ungkap Slamet (28), warga Desa Lubuk Gading.
Sementara itu, Kepala Desa TAP Harto saat dikonfirmasi mengatakan, amblasnya jembatan tersebut diketahui pertama kali dari laporan warga yang pulang dari pesta pernikahan di Desa Lubuk Gedang sekitar pukul 01.00 WIB, Minggu (17/4) dinihari. Mendapat laporan tersebut, Harto langsung menghubungi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten BU.
\"Saya langsung menghubungi BPBD, tidak lama kemudia BPBD memasang portal agar warga yang melintasi jembatan yang amblas itu,\" jelas Harto.
Jembatan sepanjang sekitar 15 meter dan lebar 4 meter itu, lanjutnya, sebelum putus, kondisi pondasinya memang sudah retak. Puncaknya saat hujan mengguyur hampir setengah hari, air sungai yang deras terus menggerus pondasi hingga amblas.
\"Panjangnya 15 meter, setelah amblas saat diukur BPBD total panjang menjadi 20 meter. BPBD sudah mengatakan secepatnya akan mengambil tindakan agar aktivitas warga desa sebelah kembali normal,\" imbuhnya.
Dibagian lain, Kepala BPBD Kabupaten BU, Ir Made Astawa mengaku sudah melaporkan putusnya jembatan yang menghubungkan Desa TAP dan lima desa tersebut ke bupati BU.
\"Saya sudah laporkan kepada Pak Bupati, rencana sementara akan dibangun jembatan darurat untuk sepeda motor. Baru kemudian untuk jembatan permanen yang dibangun Dinas PU,\" demikian Made.(167)