Suka Duka Sopir Ambulan RSUD M Yunus, Menantang Maut Demi Keselamatan Pasien

Sabtu 18-10-2014,08:40 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Menjadi sopir mobil ambulan bukanlah pekerjaan mudah, seperti sopir pribadi atau sopir angkutan umum. Pasalnya ada nyawa manusia yang harus diselamatkan oleh sang sopir, yakni tiba di rumah sakit tepat waktu kemudian ditangani tenaga medis. Bagaimana kisah sang sopir ambulan ini, simak cerita Zulkifli Lubis (48), sopir ambulan di RSUD M Yunus ini. =================== BAKTI SETIAWAN , Bengkulu =================== \"Saya terkadang memang ngebut, hal itu demi keselamatan pasien yang membutuhkan perawatan segera. Oleh sebab itu saya harus berkonsentrasi saat sedang menyetir, nyawa korban dan juga keselamatan saya tetap saya utamakan,\" ujar Zulkifli, yang sudah 3 tahun menjadi sopir ambulanc di RSMY. Pekerjaan sebagai sopir ambulan merupakan perbuatan yang mulia, sebab dapat membantu orang lain yang sedang tertimpa musibah. Namun tak jarang para sopir mengalami dampak dari emosi yang dialami oleh keluarga korban yang sedang tertimpa musibah tersebut. \"Saya sering kena omel (dimarahi) oleh keluarga korban. Ada yang ngomong kasar saat meminta cepat, bahkan ada yang sampai histeris memukul-mukul mobil ambulan. Tapi saya bisa mengerti, mereka sedang tertimpa musibah,” ujar warga Betungan, Pekan Sabtu, Selebar, Kota Bengkulu ini. Meski begitu, pria yang sebelumnya menjadi staf di RSMY, mengaku sangat menikmati profesi sebagai sopir ambulan. Dengan menjadi sopir, ia mangaku dapat menambah wawasan, karena tak jarang ia mengantar pasien/korban hingga ke luar Provinsi Bengkulu. \"Saya memang mengusulkan diri dari staf menjadi sopir. Karena saya adalah perantau, saya tidak mau hanya berkerja di ruangan saja, karena kalau begitu hanya tahu kota Bengkulu saja. Saat menjadi sopir, saya bisa melihat daerah luar,\" ujar pria asal Lubuklinggau, Sumsel tersebut. Namun, Zulkifli mengaku tak semua perjalanan jauh itu menyenangkan. Semua akan terasa menyenangkan jika dalam perjalanan tersebut semua berjalan dengan baik. Namun, cuaca dan medan yang rusak seringkali menjadi hambatan dan kendala dalam bertugas. \"Duka yang dialami adalah ketika dalam perjalanan kita memasuki daerah yang jalannya rusak ditambah dengan cuaca yang tak mendukung. Bahkan saya pernah bermalam di hutan  sesudah mengantar pasien di daerah Napal putih Bengkulu Utara, karena mobil slip di jalan yang berlobang,\" tukas Zulkifli.(135)

Tags :
Kategori :

Terkait