\"Akan ada pangsa pasar survei hitam. Nanti dia survei, dia utak atik angka sendiri,\" kata Hasan dalam Konferensi Pers Lembaga-Lembaga Penyelenggara Quick Count Pilpres 2014, di Jakarta, Kamis (10/7).
Hal ini bisa menjadi preseden buruk yang dapat menggoda lembaga-lembaga tertentu untuk melakukan quick count hitam. \"Kalau tidak dibereskan nanti akan terjadi di pilkada-pilkada bahkan lima tahun mendatang,\" paparnya.
Hasan mengatakan memang hitung cepat itu membutuhkan biaya yang mahal. Kata dia, jika tidak biaya sendiri oleh lembaga yang bersangkutan makan tentu akan ada donatur dari pihak lain.
Hasan tak menampik bisa saja ada pihak-pihak yang membiayai untuk perhitungan cepat. Bisa pengusaha, partai politik, kandidat, dan lainnya yang ingin mengetahui dengan cepat hasil perhitungan.
\"Quick count itu bisa diongkosi siapapun. Tapi, hasilnya tidak bisa dipesan,\" tegasnya. (boy/jpnn)