SELUPU REJANG BE - Kelompok tani Sadar Wisata Kecamatan Selupu Rejang, kini tidak lagi bergantung kepada pupuk kimia atau pupuk bersubsidi yang kerap mengalami kelangkaan. Kelompok tani di bawah binaan Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Pertanian dan BP4K tersebut telah mengembangkan pupuk bokashi sebagai pengganti pupuk kimia.
Ketua Kelompok Tani Sadar Wisata Budi Prayitno ditemui Bengkulu Ekspress, Minggu (02/02) mengungkapkan, pupuk organik bokashi sengaja diproduksi dengan memanfaatkan bahan berupa limbah kotoran hewan seperti kotoran ayam, sapi, kambing dan kerbau sebagai unsur fosfor (P) yang baik untuk tanaman. Sedangkan untuk mendapatkan unsur kimia nitrogen (N) dan kalium (K) masing-masing diperoleh dari tanaman azola yang mengapung perairan Danau Mas Harun Batari, serta limbah pengolahan sawit. \"Alhamdulillah setelah 22 kali percobaan menggunakan pupuk organik bokashi ini, hasilnya efektif untuk meningkatkan produktifitas tanaman khususnya
holtikultura,\" terangnya.
Meski diolah secara manual, pupuk bokashi yang dikembangkan Kelompok Tani Sadar Wisata ternyata cukup efektif mengatasi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia, bahkan tanaman lebih tahan terhadap perubahan cuaca dan terbebas dari hama akar gada.
\"Menggunakan pupuk ini hasil panen lebih cepat, selain itu tidak membutuhkan biaya yang banyak untuk membeli pupuk kimia yang mahal, serta membeli obat-obatan untuk melawan penyakit tanaman,\" katanya.
Slamet (65) warga Desa Mojorejo Kecamatan Selupu Rejang mengakui tingkat efektifitas produksi tanaman menggunakan pupuk organik bokashi. \"Saya nanam kol bulat, awalnya saya tidak yakin menggunakan pupuk bokashi yang dibuat kelompok tani tersebut, namun
setelah saya coba pada tanaman saya cukup terlihat bedanya,\" terangnya.
Terkait keberhasilan pupuk organik ciptaan warga RL tersebut, Budi berharap pemerintah bisa membantu peralatan sehingga pupuk yang dibuat secara manual bisa diproduksi lebih banyak menggunakan mesin untuk mencukupi kebutuhan petani. \"Kalau saya berani untuk
memberikan garansi kepada petani yang masih ragu dengan pupuk ini, karena saya sendiri tidak pernah gagal bertani dengan menggunakan pupuk buatan masyarakat ini. Jadi sudah waktunya kita untuk melepaskan diri dari ketergantungan pupuk kimia,\" tegasnya. (999)