Warga yang berkumpul di lapangan diungsikan ke lokasi aman menggunakan 3 unit truk . Di lokasi titik pengungsian desa, tim siaga bencana berbasis masyarakat (SIBAT) Desa Mojorejo, Desa Sumber Urib, anggota TNI dan Polri terlihat sibuk mendirikan tenda pengungsi, dan pembuatan dapur umum.
Situasi antisipasi dan penanganan bencana itu digambarkan saat simulasi yang diselenggarakan PMI Provinsi Bengkulu.
Kepala Markas PMI provinsi Bengkulu Joni Saputra menjelaskan, simulasi yang melibatkan ratusan warga tersebut dilakuakan untuk menguji Standar Operasional Prosedur (SOP) penanggulangan bencana, jika status gunung kaba benar-benar mengancam.
\"Kita tidak tahu kapan gunung kaba ini akan menunujukkan aktifitas mengancam manusia, kewaspadaan perlu kita terapkan sehingga masyarakat benar-benar siap jika bencana itu benar terjadi,\" terangnya
Dijelaskannya, dipilihnya Desa Mojorejo sebagai lokasi simulasi dikarenakan merupakan desa peyangga untuk menghindari bencana.
Tetapi jika aktifitas gunung mengancam, kemungkinan titik pengungsian lain di Desa Air Meles Atas akan dipergunakan karena cukup jauh dari ancaman abu vulkanik, wedus gembel dari aktifitas gunung kaba. Ancaman bencana gunung meletus, harus dipersiapkan karena sifatnya berbeda dengan bencana gempa bumi dan tsunami yang datang tiba-tiba.
\" Pelaksanan Simulasinya jelas lebih serius dan lebih cepat lagi,\" tegasnya.
Saat ini di provinsi Bengkulu PMI sudah memiliki 43 desa/kelurahan binaan dan 107 sekolah siaga bencana, yang terus dibekali peralatan dan kemampuan tanggap bencana.
\"Harapan kita, dengan adanya kesiagaan bencana akan meminimalisir korban jiwa, dan masyarakat bisa melakukan tindakan yang cepat dan tepat dalam kewaspadaan bencana,\" pungkasnya. (999)