Deadline Pukul 07.00 WIB
Pedagang pasar, Taufik (50) mengatakan para pedagang Pasar Subuh sudah memberhentikan aktivitasnya sejak pukul 8.00 WIB. Ini tak lepas dari janji mereka kepada walikota, agar tidak lagi berjualan diatas waktu yang sudah ditentukan tersebut. \"Pedagang Pasar Subuh sudah beres-beres dari jam 7 tadi. Jam 8 mereka sudah tidak ada lagi, karena menepati janji mereka dengan walikota. Kalau saya di sini pedagang makanan, jualan kopi dan mie untuk pekerja bangunan yang di sini,\" ujarnya kepada BE kemarin.
Sebelumnya, ratusan pedagang Pasar Subuh sepakat akan menghentikan aktivitas berjualan sejak pukul 7.00 WIB, usai melakukan pertemuan dengan walikota di Masjid Assalamah, Kebun Bungsu, Rabu lalu. Dari hasil dialog tersebut, Helmi memberi waktu kepada para pedagang selama satu pekan untuk menunjukkan itikad baik mereka dalam menjaga kebersihan jalan. Jika tidak mau direlokasi ke Pasar Barukoto II, yang dianggap para pedagang dapat mematikan usaha mereka, karena sepi pembeli.
Pertemuan tersebut terlaksana, karena sebelumnya sempat terjadi aksi demo yang dilakukan pedagang Pasar Subuh, untuk menolak kebijakan walikota merelokasi mereka ke Pasar Barukoto II. Bahkan pagar seng yang sempat dipasang UPTD Pasar Minggu dan Satpol PP untuk menutup jalan KZ Abidin II, tempat para pedagang Pasar Subuh berjualan dirusak sebagai reaksi dari penolakan tersebut.
Menyikapi masalah ini, anggota Komisi III DPRD Bengkulu Sofyan Hardi mengaku bersyukur, karena para pedagang dapat menepati janji. Kendati demikian, dia berharap apa yang dilakukan pedagang, tidak hanya sementara selama perjanjian berjalan.
Meski begitu, dia menilai tindakan pemerintah yang menginginkan para pedagang untuk direlokasi ke Pasar Barukoto II sudah tepat. Sebab, lokasi Pasar Subuh tempat pedagang berjualan di KZ Abidin II sekarang, merupakan jalan umum perlintasan dan bukan tempat jual beli.
\"Bagus kalau memang demikian. Tetapi jangan sampai hanya bertahan 1-2 hari saja. Kami hargai, asal jangan tidak seperti dulu. Tetapi sebenarnya menurut saya, apa yang dilakukan pemerintah kota untuk penertiban sangat wajar.
Soalnya yang dipikirkan pemerintah bukan pedagang saja. Banyak yang harus dilakukan. Apalagi masalah seperti ini sudah sering, tetapi tetap saja dilanggar. Bukan kita tidak menghargai pedagang, cuma alangkah baiknya kalau pemerintah melakukan komunikasi dengan relokasi tersebut,\" ucapnya.
Dia pun mengkritisi kinerja Walikota H Helmi Hasan SE, dalam penyelesaian masalah ini. Dia mengatakan, seharusnya pemkot mampu meyakinkan para pedagang bahwa relokasi ini adalah solusi tepat untuk kebaikan bersama.
\"Kami sudah sering kasih masukan. Maksud saya, antara pedagang dan pemkot membuat perjanjian. Pemkot menjamin, dalam tiga bulan andai pedagang merugi berjualan di Pasar Barukoto, pemkot bersedia mengembalikan pedagang ke Pasar Subuh lagi. Tetapi harus ada MoU, jangan lisan. Soalnya kita tidak akan tahu, kalau tidak dicoba,\" imbuhnya.
Tidak hanya itu, Sofyan juga menyayangkan sikap walikota yang enggan menemui pedagang Pasar Subuh, ketika aksi demonstrasi terjadi. Menurutnya, andai saat itu Helmi Hasan mengajak pedagang berdialog, aksi anarkis tidak perlu terjadi. Pengrusakan terhadap pagar yang menutup jalan KZ Abidin II pun diyakininya tidak akan dilakukan para pedagang, jika saat itu walikota mau berbicara mengenai tujuan relokasi tersebut.
\"Kemarin juga pemkot sudah salah langkah. Ya walaupun sekarang sudah terjadi. Seharusnya, waktu pedagang demo. Walikota bisa menemui pedagang dan jangan diwakili Kepala Satpol PP. Akibatnya, karena tidak mendapat jawaban memuaskan, mereka melakukan tindakan anarkis. Mungkin kalau waktu itu diajak berdialog, hasilnya tidak seperti ini,\" tandasnya. (cw6)