Gunakan Isyarat, Diawasi Ketat 2 Pengawas

Rabu 24-04-2013,13:00 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Melihat Ujian Nasional Siswa Berkebutuhan Khusus Berjuang dengan segala keterbatasan.

Itu yang dilakukan oleh Valensia Paradipha,

M. Aldi dan Adela Oktariana.

Mereka adalah siswa kelas akhir di SMPLB Amal Mulia dan SMPLBN Krabela Kota Bengkulu.

Memiliki kekurangan bukan halangan untuk mengikuti merengkuh pendidikan.

                                                                                                                                                                                                 

FITRIANI,

Kota Bengkulu                                                                                                                                                                                                     

Valensia Paradipha adalah satu-satunya siswa SMPLB swasta Amal Mulia yang mengikuti ujian nasional. Penyandang tuna rungu wicara ini terlihat sangat semangat mengerjakan soal Bahasa Inggris. Kemarin adalah hari kedua putri pertama dari 4 bersaudara anak dari pasangan Ikhlas dan Idawati mengikuti ujian.

\"Anak ini orangnya sangat rajin belajar, menjelang UN kita berikan tambahan belajar khusus,\" ungkap Kepala SMPLB amal mulia Dwi Sambudi Spd. Karena tak dapat berbicara, selama mengikuti bimbingan belajar Valen mendapatkan pendampingan khusus. Bimbingan ini dilakukan oleh Mimi (guru) dengan metode bahasa isyarat.

Selama mengikuti ujian, Valen diawasi oleh 2 orang guru silang berasal dari SMPLBN, Susroyani Spd dan Muryanti SPd. Waktu selama 120 menit digunakannya dengan sangat baik. Terbukti, Valen bisa menjawab semua soal bidang studi bahasa Inggris yang diberikan.

Sementara itu berbeda dengan M. Aldi dan Adela Oktariana. Mereka adalah siswa SMPLBN Krabela, penyandang tuna daksa.

Selama ujian kedua siswa ini berada di dalam 1 ruangan yang juga diawasi oleh 2 guru pengawas silang. Tetapi dengan percaya diri, Aldi dan Dela (nama panggilan) mengaku mampu mengerjakan semua soal yang diberikan. \"Soalnya sulit-sulit, tapi saya jawab semuanya,\" ungkap mereka.

Mereka mengaku sudah melakukan persiapan sejak jauh hari. Seperti mengikuti les dan belajar secara mandiri di rumah. Tetapi sekali-kali Aldi mengaku belajar juga selalu didampingi Ayahnya, Slamet Priyadi.

Meskipun belajar dengan giat, Aldi juga menyempatkan diri untuk melaksanakan salat tahajud. Bahkan Aldi bernazar akan melakukan puasa Senin Kamis selama 1 bulan apabila dia berhasil lulus ujian dengan nilai tinggi.

\"Cita-cita saya ingin jadi musisi, tetapi setelah tamat SMP saya mau sekolah di SMK ambil jurusan komputer,\" ujarnya. Aldi mengaku sangat senang bermain komputer dan berseluncur di dunia maya.

Tak jauh berbeda dengan Dela, yang lahir di Bengkulu 11 Oktober 1997 ini. Dela yang terlihat sangat malu-malu ini berkata ingin terus bersekolah di sekolah khusus itu. Karena Dela mengaku sudah sangat nyaman dan berkumpul dengan teman-teman sesama berkebutuhan khusus. \"Kalau lulus saya ingin melanjutkan di sini saja,\" jelasnya polos.

Ditemui usai ujian, Kepala SLBN Krabela Kota Bengkulu, Dra Mardiana mengaku anak-anak berkebutuhan khusus juga berhak mendapatkan pendidikan. Selain belajar mereka juga harus dibekali dengan keterampilan kecakapan hidup.

\"Alhamdulillah, sekolah kita mendapat undangan mengikuti seleksi di UGM dan Universitas Diponegoro,\" terangnya. Kesempatan belajar hingga ke luar Provinsi Bengkulu terutama ke universitas favorit ini membuktikan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus juga mendapatkan perhatian yang sama. (**)

Tags :
Kategori :

Terkait