Ekspor Bengkulu Turun , BPS: Harus Ada Sumber Pertumbuhan Baru

Jumat 14-02-2025,16:50 WIB
Reporter : Tri Yulianti
Editor : Rajman Azhar

BENGKULUEKSPRESS.COM - Nilai ekspor Provinsi Bengkulu pada bulan Desember 2024 mencapai US$17,14 juta. Angka ini mengalami penurunan sebesar 24,24 persen dibandingkan dengan bulan November 2024 yang tercatat sebesar US$22,63 juta. 

Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, nilai ekspor Bengkulu turun lebih drastis, yakni sebesar 36,40 persen dari Desember 2023 yang mencapai US$26,95 juta.

Di sisi lain, nilai impor Bengkulu pada Desember 2024 tercatat sebesar US$0,26 juta. Meski demikian, angka ini tidak dapat dibandingkan dengan bulan sebelumnya maupun tahun lalu karena sejak September 2021, Provinsi Bengkulu tidak melakukan impor.

Kondisi ini berpengaruh terhadap neraca perdagangan Bengkulu yang pada Desember 2024 tetap mengalami surplus sebesar US$16,88 juta. 

Namun, dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan pada Desember 2023 yang mencapai US$26,95 juta, terjadi penurunan sebesar 37,38 persen.

BACA JUGA:Jelang Ramadan, Harga TBS Sawit di Mukomuko Naik, Petani Sumringah

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu, Win Rizal, menyampaikan bahwa ekspor Bengkulu masih didominasi oleh komoditas batubara, cangkang sawit, dan lintah, yang menurutnya belum memberikan dampak ekonomi yang signifikan.

"Kita belum bisa memberikan gambaran ekspor yang utuh karena komoditas utama yang tercatat masih batu bara, cangkang sawit, dan lintah. Padahal kita memiliki kopi, teh, hingga Crude Palm Oil (CPO), tetapi komoditas ini tercatat di daerah lain meskipun berasal dari wilayah kita," ungkapnya.

Win Rizal menegaskan perlunya strategi yang lebih optimal dalam memanfaatkan hubungan antardaerah agar ekspor komoditas Bengkulu dapat tercatat dengan baik, sehingga meningkatkan ukuran ekonomi daerah. 

BACA JUGA:Gas Elpiji 3 Kg Bisa Dijual Pengecer, DPRD Mukomuko: Harga Harus Dikontrol!

Ia juga menyoroti pentingnya penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi baru serta optimalisasi sektor pertanian.

"Kita harus benar-benar memanfaatkan hubungan daerah ini dengan maksimal. Kalau ekspor bisa kita klaim, ukuran ekonomi kita bisa lebih besar lagi. Ke depan, kita harus menciptakan sumber pertumbuhan baru atau jika masih mengandalkan sektor pertanian, maka harus memberikan dampak yang lebih besar," ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya hilirisasi dalam sektor pertanian agar komoditas yang diekspor memiliki nilai tambah lebih tinggi.

Win Rizal menegaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, diperlukan strategi yang lebih konkret dan terarah. Saat ini, pertumbuhan ekonomi Bengkulu masih berada di angka 4 persen. Oleh karena itu, hilirisasi industri dan penciptaan sumber pertumbuhan baru menjadi kunci utama dalam meningkatkan daya saing ekonomi Bengkulu di masa depan.

"Misalnya sawit, jangan hanya mengekspor CPO, tetapi harus diolah dulu menjadi produk turunan sebelum diekspor. Dampaknya bukan hanya ke sektor pertanian, tetapi juga ke industri," pungkas Win Rizal

Kategori :