Pergelaran forum tersebut menghasilkan beragam kerja sama dengan nilai total mencapai 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp53,6 triliun).
Berdasarkan Data Kementerian Luar Negeri pada 3 September, kesepakatan yang dicapai mencakup kerja sama pada bidang kesehatan, energi, industri strategis, pupuk dan teknologi pertanian.
Kesepakatan pada bidang kesehatan dengan Kenya, Ghana dan Afrika Selatan yang nilainya sebesar 94,2 juta dolar AS (sekitar Rp1,44 triliun) antara lain dalam bentuk registrasi produk, distribusi dan pemasaran produk farmasi, serta pembelian dan transfer teknologi produksi vaksin.
Kesepakatan energi senilai 1,4 miliar dolar AS (sekitar Rp21,4 triliun) dengan Namibia dan Tanzania dilakukan melalui kerja sama eksplorasi gas alam, serta pembangunan infrastruktur kelistrikan.
Di bidang industri strategis, Indonesia juga mencapai kesepakatan senilai 235 juta dolar AS (sekitar Rp3,59 triliun) dengan Afsel, Kongo dan Senegal, yang mencakup kerja sama pengadaan pesawat CN235 dan N219, serta pembangunan infrastruktur pertahanan.
Selanjutnya, kesepakatan di bidang pupuk dan teknologi pertanian Indonesia juga mencapai kesepakatan senilai 1,2 miliar dolar AS (sekitar Rp18,3 triliun) dengan Tanzania dan Nigeria. Bentuk kerja samanya mencakup pembangunan pabrik pengolahan gas alam menjadi pupuk serta penjualan alat produksi pupuk berbahan batu bara.
Sementara itu, kerja sama lainnya mencapai 571 juta dolar AS (sekitar Rp8,74 triliun). "Tidak sampai di sini, Indonesia terus mengawal implementasi dari berbagai kesepakatan agar benar-benar dapat memberikan manfaat yang nyata bagi rakyat Indonesia dan Afrika," demikian kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.(**)