Dengan merayakan Maulid Nabi, umat dapat mengingat dan memahami ajaran serta teladan yang ditinggalkan oleh Rasulullah SAW.
Video penjelasan Buya Yahya tersebut diunggah oleh kanal Youtube Al-Bahjah TV.
"Jadi, semua yang ada pada nabi perlu dihadirkan. Cara menghadirkan semua yang ada pada nabi adalah dengan cara semacam ini (memperingati Maulid Nabi)," terang Buya Yahya.
"Sebab yang ditiru nabi adalah semua perilaku gerak-gerik nabi dan itu bukan saja lirikan nabi, bukan saja senyumnya nabi , tapi semua dari nabi. Kalau nabi adalah yang kita peringati, nabi suri tauladan," lanjut Buya Yahya.
Buya Yahya menjelaskan bahwa Rasulullah SAW memiliki cara khusus untuk merayakan atau mengenang kelahirannya, yaitu dengan berpuasa pada setiap hari Senin.
Namun, menurutnya, perayaan Maulid Nabi bukanlah cara untuk memperingati kelahiran Rasulullah SAW.
"Kelahiran nabi jelas istimewa, tapi kita ingin menghadirkan sunnah nabi di acara-acara semacam ini," terang Buya Yahya.
Menurut Buya Yahya, perayaan Maulid Nabi adalah tentang bagaimana sebuah perkumpulan atau komunitas diberi motivasi untuk lebih mengenal, mencintai, dan membela Nabi Muhammad SAW.
"Di saat definisi berubah, jadi berubah, sehingga ada muncul pertanyaan, sahabat saja tidak melaksanakan. Oh sahabat sudah di dalam puncak kecintaan. Kamu gimana cintamu kepada Rasulullah?" papar Buya Yahya.
BACA JUGA:Rezeki Masih Susah dan Terhambat, Buya Yahya Ingatkan 4 Hal ini
BACA JUGA:Agar Diterima Kerja dan Lancar Saat Interview, Amalkan Doa-doa Berikut
Buya Yahya berpendapat bahwa salah jika perayaan Maulid Nabi didefinisikan secara tidak tepat, seperti mengklaim bahwa Nabi Muhammad SAW tidak merayakan Maulid Nabi, tetapi umatnya sekarang merayakannya.
Buya Yahya menganjurkan agar fokus pada pemahaman yang lebih baik tentang makna dan tujuan dari perayaan Maulid Nabi.
"Nabi Muhammad itu justru yang dirayakan," demikian Buya Yahya.
Itulah penjelasan Buya Yahya tentang hukum perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Semoga bermanfaat.(*)