BENGKULUEKSPRESS.COM - Perempuan merokok adalah hal yang biasa saja. Hanya, karena kita saat ini hidup di dunia yang penuh patriarki, aktivitas merokok oleh perempuan dinilai tidak benar oleh sebagian masyarakat kita. Bahkan di kalangan perokok sendiri ada merek-merek yang dianggap sebagai rokok favorit perempuan.
Industri rokok memulai kampanye propaganda yang ditujukan untuk wanita, mulai tahun 1920-an di Amerika Serikat. Kampanye ini menjadi lebih agresif seiring berjalannya waktu dan pemasaran secara umum menjadi lebih menonjol.
BACA JUGA: Ini Dia Cara Mudah Mencari Akun IG dengan Nomor Hp
Philip Morris Internasional (PMI) merupakan salah satu perusahaan tembakau terkemuka di dunia. Perusahaan ini berkantor pusat di Stamford, Connecticut, dan telah terdaftar di New York Stock Exchange.
Dilansir pada laman resmi pmi.com, perusahaan mereka mengumumkan tujuan barunya yaitu guna memberikan masa depan bebas rokok dengan memfokuskan sumber dayanya pada pengembangan, pembuktian ilmiah, dan secara bertanggung jawab mengkomersilkan produk bebas asap yang tidak sebahaya merokok.
Dari salah satu brand rokok yang diproduksi Phillip Morris ternyata sejak awal disegmentasikan untuk perempuan, yaitu Marlboro. Marlboro ini merupakan merek sigaret yang paling laris di pasar rokok dunia sejak 1972. Produknya ini sudah terjual lebih dari 290 juta pack di seluruh dunia pada 2018.
BACA JUGA:Ini Dia Manfaat Mematikan Lampu Saat Tidur
Banyak wanita dalam iklan rokok memiliki bibir gelap, bulu mata panjang, dan rambut yang ditata sempurna. Rokok mereka bertengger rapi diantara dua jari. Marlboro bahkan memasarkan rokok sebagai aksesori untuk berpesta.
Rokok ini dilengkapi dengan tip tahan minyak yang dirancang untuk mencegah lipstik wanita tercoreng. Marlboro bahkan memperkenalkan pelek merah di sekitar rokok untuk menyamarkan noda lipstik.
Saat Marlboro memasarkan rokoknya kepada wanita, merek saingannya "American Tobacco Company" mengadopsi pendekatan yang sama. Perusahaan menyewa pakar hubungan masyarakat Edward Bernays (keponakan Sigmund Freud) untuk membantu menggelar protes di Parade Hari Paskah 1929 di New York City. Bernays merekrutnya untuk berbaris di jalanan, berpakaian putih, membawa rokok yang menyala di tangan mereka. Dia menyebut rokok itu sebagai Obor Kebebasan.
BACA JUGA:Ternyata Menggunakan Siwak Sangat Bermanfaat bagi Kesehatan Gigi dan Mulut
Dilansir dari website Oxford Academic, dengan filter berwarna, berpola, berkapsul, kertas tipping taktil, aromatik, dan desain mencolok pada kertas rokok menjadi lebih umum, rokok akan dan terus dimanfaatkan sepenuhnya sebagai alat promosi. Namun, hanya sedikit penelitian yang mengeksplorasi bagaimana konsumen merespons penampilan rokok, dan hanya satu yang menggunakan sampel kaum muda dan memungkinkan peserta untuk menangani produk.
Ford menemukan bahwa di antara sampel berusia 15 tahun, lingkar, panjang, dan warna rokok memengaruhi daya tarik produk dan juga persepsi bahaya, dengan lingkar rokok slims dan superslims yang lebih kecil dianggap kurang berbahaya.
BACA JUGA:Begini Cara Mengetahui Peruntungan dan Rezeki Berdasarkan Perhitungan Weton Jawa
Sebab kebanyakan orang mulai merokok sebelum usia 18 tahun, dan sedikit yang mulai merokok setelah usia 24 tahun, penelitian lebih lanjut yang mengukur bagaimana tanggapan kaum muda terhadap desain rokok diperlukan. Dalam studinya, hanya fokus pada wanita muda mengingat banyak desain rokok non konvensional, misalnya slim, aromatized, coloured dan capsule, yang dirancang untuk wanita.