Harimau Masih Berkeliaran di Malin Deman Mukomuko, Sudah Mangsa 12 Ekor Sapi dan 1 Ekor Kambing, Warga Cemas

Kamis 27-07-2023,12:41 WIB
Editor : Rajman Azhar

BENGKULUEKSPRESS.COM - Keberadaan harimau Sumatera di sekitar Desa Gajah Makmur dan UPT Lubuk Talang Kecamatan Malin Deman Kabupaten Mukomuko kembali membuat warga cemas.

Dalam beberapa hari terakhir dua ekor harimau berkeliaran di sekitar pemukiman warga. “Dua hari ini ada lagi jejaknya di sekitar pemukiman dan sudah 2 tahun ini harimau berkeliaran di sekitar desa” kata Kades Gajah Makmur, Gutomo, Rabu (27/7/2023).

Ia mengatakan sejak 2021 ada 39 temuan keberadaan harimau di sekitar desa mereka dengan korban ternak sebanyak 12 sapi dan 1 ekor kambing.

Gutomo mengatakan, berdasarkan pemantauan masyarakat di perkebunan yang tidak jauh dari pemukiman,  intensitas temuan jejak harimau ini semakin meningkat pasca kejadian penerkaman 1 ekor sapi pada 3 Mei 2023.

BACA JUGA:Jejak Harimau Kembali Muncul di Pemukiman Warga Desa Tembilang Bengkulu Utara

BACA JUGA:Melintas di Jalan Raya Wilayah Ketenong Lebong, Warga Dihadang Harimau, Ini Videonya


Warga menunjukan tapak kaki harimau di Desa Gajah Makmur, Kecamatan Malin Deman Mukomuko, Bengkulu -(foto: istimewa/bengkuluekspress.disway.id)-

“Jika dilihat dari jejak yang ada, harimau ini selalu mengintai ternak milik warga yang digembalakan di perkebunan,” kata Gutomo.

Dalam upaya penanganan konflik antara manusia dan satwa liar, di Desa Gajah Makmur dan UPT Lubuk Talang, telah terbentuk Tim Satgas Mitigasi Konflik, namun menurutnya dalam penanganan masih tetap memerlukan petugas dan kementerian terkait khususnya Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

"Kami khawatir jangan sampai jatuh lagi korban ternak atau bahkan nyawa manusia,” katanya.

Penanganan konflik satwa liar ini tidak serta-merta bisa dilakukan oleh Tim Satgas yang telah dibentuk tetapi harus didampingi oleh pihak yang berwenang seperti BKSDA Bengkulu.

Gutomo juga menambahkan, wilayah Desa Gajah Makmur dan UPT Lubuk Talang  bersinggungan langsung dengan Hutan Produksi (HP) Air Rami, kondisi hutan di sekitar desa saat ini sangat menghawatirkan, pembukaan kawasan hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit masif terjadi dan inilah salah satu penyebab satwa liar keluar dari habitatnya.

“Berdasarkan kondisi saat ini, kami dari pemerintah desa meminta para pihak yakni DLHK Provinsi Bengkulu dan BKSDA Bengkulu untuk melakukan penindakan agar kerusakan hutan tidak semakin parah dan satwa liar tidak keluar dari habitatnya,” tambah Gutomo.

Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar menyatakan kejadian konflik satwa liar di wilayah Malin Deman ini dilematis, disatu sisi hewan dilindung dan disatu sisinya lagi ternak adalah aset komunitas

“Seharusnya BKSDA selaku pemangku negara yang bertanggungjawab soal satwa yang dilindungi dalam situasi ini seharusnya ada di lokasi untuk mengantisipasi potensi kerugian baik bagi satwa maupun ternak warga,” pungkas Ali.

Kategori :