Contohnya yang dilihat belum lama ini bagaimana Gen Z mengkritik pembangunan infrastruktur di Provinsi Lampung dan kemudian ruang digital seketika dipenuhi oleh anak-anak muda yang mampu memengaruhi opini dan kebijakan.
Bahkan, akhirnya Presiden Joko Widodo langsung turun ke Lampung untuk memastikan daerah tersebut ke depan harus berkompeten dan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan daerah.
Kemudian, bagaimana gerakan sekelompok anak muda menggunakan ruang digital media sosial akhirnya mampu menggerakkan ribuan orang membersihkan pantai dari sampah yang dicap sebagai salah satu pantai terkotor di Indonesia.
Berdasarkan hal yang melekat dari generasi muda itu, baiknya literasi tentang ruang digital, daring, teknologi informasi, serta kekuatan mereka yang mampu mengubah atau menciptakan arus lewat dunianya di dalam jaringan, dapat dimanfaatkan untuk hal positif, seperti memastikan pemilu berjalan baik, aman, dan damai.
Generasi Z bisa menjadi pendengung untuk pemilu baik, membuat gerakan masif sehingga menjadi arus besar bahkan arus utama yang membanjiri dunia mereka, dunia daring. Arus besar tersebut dapat menindih konten-konten hoaks pemilu, ujaran kebencian, dan konten negatif lainnya agar tidak berseliweran di dalam jaringan.
Masyarakat yang mengakses media sosial pun jadi mendapatkan hal positif, literasi yang sehat, dan informasi positif tentang politik dan pemilu dari upaya generasi muda yang menjadi pendengung pemilu. Dengan upaya itu pula, Pemilu 2024 yang berjalan baik, berkualitas, aman, damai, dan gembira, optimistis dapat terlaksana.
Agen pemilu bersih
Pakar komunikasi politik Emrus Sihombing menyatakan Generasi Z dapat menjadi agen pemilu bersih, sehat, dan demokratis untuk 2024.(**)