Istri Masih Iddah, Bolehkah Suami Langsung Ajak Hubungan di Ranjang?

Selasa 11-07-2023,13:04 WIB
Reporter : Jamal Maarif
Editor : Jamal Maarif

Lantas apakah para ulama sepakat tentang ketentuan rujuk dengan ucapan ini?

Jika dikaji lebih jauh, ternyata ulama dari mazhab-mazhab lain memiliki pandangan yang berbeda. Ini artinya, masalah rujuk dengan berjimak ini merupakan masalah khilafiyah atau diperdebatkan. Yang melatari perdebatan mereka adalah ayat di atas. Ini pula yang melahirkan ketentuan dan rukun rujuk yang berbeda-beda. 

BACA JUGA:Cair Cepat Rp 15 Juta Pinjaman Untuk UMKM, Pinjol DanaMerdeka Legal OJK 2023

Secara umum, ketentuan dan rukun rujuk sudah dirangkum oleh Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya. 

وركن الرجعة عند الحنفية: الصيغة أو الفعل فقط، وعند الجمهور: أركانها ثلاثة: مرتجع، وزوجة، وصيغة فقط عند الشافعية وكذا وطء عند الحنابلة، أو فعل أو نية عند المالكية  

 Artinya, “Rukun rujuk menurut mazhab Hanafi adalah redaksi rujuk atau perbuatan saja. Sementara menurut jumhur ulama ada tiga: suami yang merujuk, istri yang dirujuk, dan redaksi rujuk saja. Ini pula pandangan mazhab Syafi’i. Namun ditambah boleh dengan jimak menurut ulama Hanbali. Atau dengan suatu perbuatan atau suatu niat menurut ulama Maliki. (Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, jilid IX, halaman 6987). 

Berbeda dengan pandangan mazhab Syafi’i yang tidak memperbolehkan rujuk dengan jimak, jumhur ulama (Hanafi, Maliki, dan satu riwayat mazhab Hanbali) justru berpendapat sebaliknya. Menurut mereka, rujuk bisa dilakukan dengan jimak, mencium, menyentuh dengan syahwat, dan melihat kemaluan.

BACA JUGA:Begini Caranya Beli Listrik Isi Ulang di ATM

Sebab, rujuk artinya mengembalikan istri ke dalam ikatan perkawinan, sehingga mengembalikan sesuatu tidak mesti dengan ucapan. (Tim Kementerian Wakaf dan Urusan Keislaman Kuwait, Al-Mausu’atul Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, [Kuwait: Darus Salasil], 1427 H, jilid XXII, halaman 149). 

Berdasarkan kutipan dan ragam pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pandangan ulama Syafi’i tidak diperbolehkan merujuk istri yang dicerai dengan perbuatan, seperti jimak, mencium, mencumbu, dan sebagainya. Karenanya seorang suamitidak boleh mengajak istrinya berhubungan badan sampai ia meyatakan rujuk dengan ucapan. Sementara jumhur ulama membolehkannya. (**)

 

Kategori :