Di Balik Tenggelamnya 2 Pelajar SMP Bengkulu Selatan
Namun kesedihan masih menghinggapi orang tua mereka.
Peristiwa tenggelamnya kedua korban, Minggu (10/3) lalu di Sungai Air Manna itu sulit terlupakan.
ASRIANTO,
BENGKULU SELATAN Rumah kedua pelajar itu hingga kemarin (13/3) masih saja ramai dikunjungi sanak saudara. Sekalipun kesedihan masih menggelayuti, orang tua keduanya terlihat tetap tegar. Wage, ayah Dea yang sempat pingsan saat berusaha menyelamatkan keduanya mulai bisa menerima kenyataan itu.
Kepada BE, Wage menuturkan sebelum musibah itu terjadi, anaknya berperilaku aneh. Diceritakannya, seminggu sebelumnya, Dea sangat rajin membantu pekerjaan Wage dan istrinya. Bahkan membersihkan dan merapikan tempat tidur sendiri. Sekitar pukul 10.00 Wib pagi sebelum mereka pergi ke sungai untuk mandi, Dea selalu ingin jalan-jalan. Saat itu Dea ingin mengendarai sendiri sepeda motor.
”Saat itu Dea pinjam motor dan saya kasihkan. Padahal sebelumnya saya tidak pernah kasih karena takut kecelakaan,” kenang Wage. Lalu sekitar pukul 16.45 Wib, Dea dan Cintia serta Fitri tiba-tiba mengajak Wage dan Mariyanti (istri Wage) mandi ke sungai. Kala itu Wage sempat menolak lantaran hari sudah sore. Tapi Dea terus mendesak dan istrinya pun menyetujui. Wage pun akhirnya ikut-ikutan setuju.
Mereka pun berangkat berenam Wage, istrinya Mariyanti, Dea, Ade (adik Dea), Fitri dan Cintia. Namun naas permintaannya itu berujung maut. Dea dan Fitri menjemput ajal di sungai itu. ”Saya tidak menyangka kami mandi di sungai itu menjadi kebersamaan kami yang terakhir,” ucap Wage dengan mata berkaca-kaca.
Sedangkan menurut pengakuan ayah Fitri, Tarsan Jaya, dirinya tidak memiliki firasat apapun. Akan tetapi akhir-akhir ini Fitri sering bersolek. Bahkan sebelum peristiwa itu Fitri sempat jalan-jalan ke Pasar Ampera bersama Cintia dan Dea. Bahkan sambungnya, dari pengakuan teman-teman Fitri satu sekolah, jika Fitri juga bertingkah aneh dan meminta kertas bagian tengah di buku temannya.”Saat itu temannya tidak mau kasih. Lalu Fitri bilang kalau mereka tidak akan lama bertemu dan akan berpisah,” kenang Tarsan.
Kesehariaannya kedua anak ini selalu periang dan tidak pernah menyusahkan orang tuanya.Begitu juga saat di sekolah, keduanya merupakan siswa yan rajin dan selalu penurut. Ini diungkapkan guru kelas VII Dea di SMPN 9 BS, Heny Spd didampingi Kepsek Drs Bahaluddin.\" Di kelas Dea mendapatkan peringkat 3. Dia anak yang baik. Kami merasa kehilangan, karena Dea anak rajin dan akrab dengan semua murid di kelasnya,” ucap Heny.
Senada dengan Heny, wali kelas Fitri di SMPN 2 BS Linda Hartini MPd. Ia mengungkapkan Fitri tak pernah membantah saat diberikan tugas di sekolah.”Kami berharap semoga almarhumah Fitri ditempatkan di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan tetap tabah dan sabar menghadapi musibah ini,” tutupnya.(**).