Oleh: Agustam Rachman*
Muning Deram (Muning adalah sebutan untuk Buyut) beliau pemilik tanah dan rumah bersejarah di Desa Napal Putih Bengkulu Utara yang pernah dijadikan pusat pemerintahan dan markas oleh Gubernur Militer AK Gani waktu agresi Belanda (tahun 1947-1949).
Muning Deram atau sering juga disebut Pesirah Ratu nama resminya adalah Rajo Mangkuto. Beliau guru bela diri (silek) aliran Silat Harimau.
Beliau sanggup membunuh 37 perampok Bugis yang datang dari laut masuk ke Sungai Ketahun sampai di Napal Putih.
Makanya, beliau dipilih masyarakat menjadi Depati di Napal Putih dengan gelar Depati Pembarap Agung dan kemudian beliau naik menjadi Pesirah (Kepala Marga).
Kariernya naik Bajanjang Turun Batanggo, artinya karier pemimpin itu naik setahap demi setahap bukan instan atau simsalabim.
Waktu muda beliau adalah Jenang (penanggung jawab) sabung ayam di gelanggang.
Usia setengah baya naik menjadi Depati Pembarap Agung Dusun Napal Putih. Ini semacam Garnizun kalau susunan organisasi militer dan kemudian baru beliau naik menjadi Pesirah.
Setelah masa tua dan menjabat Pesirah selama 8 tahun (1917-1925), beliau diminta maju lagi calon Pesirah. Beliau menolak, dengan alasan mau taubat banyak dosa waktu muda sehingga beliau pensiun dari Pesirah.
Beliau berangkat sekeluarga besar dengan keluarga H. Wali dan H. Ali naik kapal laut menuju ke Jeddah menunaikan ibadah Haji.
Beliau telah ‘kalah’, tapi ‘kalah’ oleh dirinya sendiri. Beliau berhasil mengalahkan hawa nafsunya untuk berkuasa kembali dan lebih memilih hidup sebagai tokoh agama.
Di Napal Putih, ada makam besar di pintu masuk Desa Napal Putih sebelah kanan yang merupakan makam beliau.
Murid-murid silek beliau banyak datang dari jauh, misal perbatasan Sumatera Selatan seperti Batu Bandung, Padang Ulak Tanding, APUR, Kepala Curup dan Pasmah Air Keruh.
Sampai sekarang anak keturunan murid-muridnya banyak yang ziarah ke makam beliau.
Kapten Inf. Arifin Djamil Tokoh Perjuangan di Taba Renah Curup 1945 adalah murid silek Muning Deram.