Pencemaran Makanan dan Sumber Air Penyebab 228 Santri Ponpes Keracunan

Rabu 26-08-2020,16:03 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

BENGKULU, bengkuluekspress.com - Dari hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan terhadap kejadian keracunan massal yang dialami para santri Ponpes Hidayatullah Qomariah, Dinkes Kota Bengkulu langsung mengumumkan penyebab terjadinya keracunan tersebut. Berdasarkan hasil laboratorium dari spesimen sisa makanan. ternyata positif mengandung Staphylococcus Aureus (pencemaran), positif Bacillus Cereus (penyimpanan makanan) dan Escericia Colli (pencemaran dengan pembuangan kotoran). Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, Susilawaty mengatakan, hasil pemeriksaan di BPOM dan BTKL Palembang juga sama menunjukan hasil terdapatnya bakteri-bakteri tersebut didalam makanan para santri. Para santri di ponpes Hidayatullah Qomariah keracunan usai menyantap makanan berupa nasi, dan sambal telur. “Kejadian yang pertama kita sudah lakukan penyelidikan epidemiologi dan pengambilan spesimen sisa makanan. Sisa makanan diperiksa BPOM, muntahan diperiksa ke BTKL Palembang dan Labkesda Provinsi Bengkulu. Pada sample air juga positif Escericia Colli karena ada pencemaran sumber air bersih dengan pembuangan kotoran. Diketahui bahwa sumber air bersih yang dugunakan oleh pihak pengelola makanan di ponpes tersebut menggunakan sumur bor,\" terang Susilawaty, Rabu (26/08). Tambahnya, ada juga bakteri Staphylococcus Aureus yang mengidentifikasi adanya pencemaran makanan, Bacillus Cereus yang mengidentifikasikan penyimpanan makanan pada ruangan yang tidak memenuhi standar. Serta Escericia Colli mengidentifikasikan terjadinya pencemaran air dengan pembuangan kotoran dan ditemukan Escericia Colli pada air sumur bor sebagai sumber untuk pengolahan makanan. Dinkes Kota Bengkulu merekomendasikan agar pihak yayasan ponpes memperhatikan sanitasi pengelolaan makanan mulai dari penyimpanan bahan mentah, pengelolaan makanan, dan penyajian makanan. Juga memperhatikan kebersihan tempat pengelolaan makanan baik lantai, alat dan tempat penyimpanan makanan. “Kita juga sarankan kepada penjamah makanan agar mendapat pelatihan hygiene sanitasi pengolahan makanan agar lebih memperhatikan aspek kebersihan,” kata Susilawaty. Sementara untuk kasus keracunan yang terjadi kedua kalinya, untuk hasil lab belum keluar dari BPOM dan BTKL Palembang. Beberapa sampel mulai dari sample makanan, muntahan, dan air bersih masih dalam proses pemeriksaan di BPOM dan BTKL Palembang serta Labkesda provinsi. Namun dugaan kesimpulan sementara, berdasarkan masa inkubasi terpendek yaitu rata-rata 8-10 jam keracunan makanan disebabkan Escericia Colli dengan gejala mual, muntah, demam, menggigil dan sakit kepala. Sementara segala bentuk biaya pengobatan para santri yang sedang mendapat musibah ini seluruhnya ditanggung oleh pemkot Bengkulu. (Imn)

Tags :
Kategori :

Terkait