\"Hasil pemantauan di 82 kota, Bengkulu mengalami deflasi 0,27% di November 2019,\" kata Kepala BPS Provinsi Bengkulu Dyah Anugrah Kuswardani, MA melalui Kepala Bidang Statistik Distribusi Budi Hardiyono S.Si, M.E saat Rilis BPS, Senin (2/12).
Dijelaskan Budi, deflasi Kota Bengkulu bulan November 2019 terjadi pada tiga kelompok pengeluaran, sedangkan empat kelompok pengeluaran mengalami inflasi. Kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi tertinggi adalah kelompok pengeluaran bahan makanan dengan deflasi sebesar 1,41 persen, diikuti kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,11 persen dan kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,04 persen.
Masih kata Budi, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan inflasi sebesar 0,30 persen, diikuti kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,29 persen, kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,01 persen dan kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,01 persen.
\"Dengan deflasi sebesar 0,27 persen pada bulan November 2019 ini, maka besarnya inflasi tahun kalender (laju inflasi) sebesar 2,31 persen. Dan inflasi tahunan (year on year) tercatat sebesar 3,11 persen,\" terangnya.
Ditambahkan Budi, berdasarkan pemantauan Badan Pusat Statistik di 82 kota di Indonesia, 57 kota mengalami inflasi dan 25 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 3,30 persen dan inflasi terendah di Malang sebesar 0,01 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,06 persen dan terendah terjadi di Batam dan Denpasar sebesar 0,01 persen.(HBN)