Dodi mengorganisir saudaranya Yanto dan 2 rekan-rekannya Syawal dan Kh (masih buron) untuk menjalankan aksi pembunuhan. Rencana itu pun telah disusun matang seminggu sebelum kejadian. Mulai dari siapa yang membeli racun tikus untuk diminumkan dengan korban, dan siapa yang mengeksekusi. Termasuk ide mengarungi mayat korban untuk dibuang di kawasan Jalan Kampar III RT 15 Kelurahan Lempuing Kota Bengkulu.
Dari balik sel tahanan Mapolres Bengkulu, Dodi mengakui menjadi dalang pembunuhan itu. Namun tindakan itu, kata Dodi, atas persetujuan 3 pelaku lainnya.
\"Yo aku yang rencanokan pembunuhan itu, tapi atas persetujuan bersamo. Perencanoan itu dibahas di rumah aku,\" terang Dodi kepada wartawan koran ini, kemarin.
Dodi sendiri bertugas menjemput korban dari kantornya di BMT Kota sekaligus membuat kopi yang telah dicampur racun tikus dan mengurut. Sedangkan Yanto, kakak Dodi mengamankan situasi sekitar lokasi dan ikut mengarungi korban. Syawal yang membeli racun tikus di Pasar Minggu dan memukul korban. Pelaku lain Kh yang menjadi eksekutor utama memukul korban dengan batu.
Dari pengakuannya niat untuk membunuh dipicu masalah uang pinjaman yang diajukan kepada BMT melalui korban. Pinjaman yang diajukannya Rp 30 juta itu, kata Dodi, untuk modal usaha kopi celup herbal. Ia pun mengaku mendapat informasi jika pinjaman yang diajukan telah cair. Lantaran merasa lama menunggu uang diserahkan, muncul niatan Dodi untuk merampok uang dan membunuh korban.
\"Sayo dendam karena duit yang dicairkan BMT idak diserahkan ke aku. Mangkonyo kami berencano membunuh Bang Aan (korban),\" cerita Dodi.
Dodi mengaku menyesali perbuatannya. Apalagi korban memang dikenalnya sejak lama.\"Sayo menyesal. Siap tukar nyawa bila perlu. Tapi sayo minta kakak sayo dilepaskan,\" ujarnya.
Tak berbeda diungkapkan pelaku lainnya Syawal (28). Warga warga RT 6 Bentiring Kecamatan Muarabangkahulu yang menyerahkan diri, Rabu lalu (13/2) ini juga mengungkapkan jika semua ide aksi pembunuhan berasal dari Dodi. Syawal mengaku hanya ikut-ikutan karena sering main di rumah Dodi bersama Kh. Ia ditugaskan Dodi membeli racun tikus di Pasar Minggu, tepat 2 hari sebelum pembunuhan.
\"Jam 10 malam kejadian, aku ditelepon Dodi surah datang ke rumahnyo. Sampai di rumah aku tengok Dodi lagi urut korban, lalu aku ikut urut korban jugo. Tiba-tiba datang Kh lansung memukul kepala korban,\" ungkap Syawal.
Saat itu juga Kh mengancam Syawal untuk ikut memukul korban. \"Kau pukul jugo, awas kalau idak,\" kata Syawal menirukan ucapan Kh. Karena ancaman tersebut lalu Syawal ikut melakukan pemukulan terhadap korban. \"Aku takut sama Kh, makanya aku ikut pukul, tapi setelah itu aku langsung kabur,\" beber Syawal.
Syawal mengaku perlariannya selama 6 hari itu sampai ke Pekan Baru. Namun karena tidak tenang dan merasa bersalah sehingga memutuskan untuk pulang dan menyerahkan diri ke pihak kepolisian. \"Saya tidak mendapatkan uang sedikitpun, karena merasa bersalah sehingga mau menyerahkan diri,\" katanya. Dikenal Tempramen Mencuatnya Dodi sebagai otak pelaku pembunuhan sadis membuat pengurus organisasi Forum Komunikasi Keluarga Anak dan Kecacatan (FKKADK) Provinsi Bengkulu terpukul. Ketua FKKAD Provinsi Ita Rosita didampingi wakil ketua Arna Mareta, Kepala SLB Amal Mulia Dwi Sambudi melakukan pertemuan di Panti Amal Mulia. Hadir pula adik korban, Beni Hidayat.
Dibeberkan guru SLB Amal Mulia, Emiati (33), Dodi kecil pernah dititipkan di asrama Yayasan Amal Mulia dan bersekolah SD di yayasan tersebut selama tiga tahun. Kemudian pindah ke SLB Dharma Wanita. Saat kecil sosok Dodi anak yang cerdas, dan cepat menangkap apa yang diajarkan. Tapi jiwanya tempramen, sehingga sering ribut dan tidak mau disalahkan. Bahkan Dodi juga dikenal sebagai siswa yang selalu membawa senjata tajam yang di letakkan di pinggang.
\"Dodi pernah mengomandoi demo menurunkan Kepala Asrama Yayasan Amal Mulia yang saat itu dipimpin Syamsul Mardi. Aksi itu dilakukan karena Dodi tidak sejalan dengan kepala asrama. Dan upaya Dodi berhasil,\" ceritanya.
Begitu juga diungkapkan Ketua FKKADK Ita Rosita sejak kecil Dodi sudah menggeluti bisnis. Namun tak diketahui bisnis apa saat yang dijalankanya. Tapi memang Dodi kerap mengeluarkan ancaman-ancaman membunuh saat percakapan handphone.
Ita tak menyangka Dodi akan berbuat sesadis itu. Apalagi korban adalah donatur yayasan tersebut.\"Kami malu karena Dodi adalah anak dan dari almamater di bawah FKKADK. Bagaimanapun yang dilakukan menjadi binaan kami, \" kata Ita sedih.
Dodi tambah Arna Mareta sebelum peristiwa terjadi sempat ingin meminjam uang kepada dirinya Rp 30 juta. \"Saat itu ia mengaku bisnisnya bangkrut dan dililit hutang, \" kenang Arna.
Omset Pijat Turun Di sisi lain akibat peristiwa ulah Dodi berimbas terhadap rekan-rekan tuna netra yang lain. Diantaranya omset pijat yang dijadikan mata pencaharian penyandang tuna netra menjadi turun.
Dibeberkan Ujang dan Hendrianto yang merupakan rekan Dodi mengaku, usaha pijat tuna netra di Bengkulu tersebar di tiga titik yakni, Pagar Dewa, Rawa Makmur dan depan Bengkulu Indah Mall (BIM).
Hendrianto membuka pijat urut di Rawa Makmur. Biasanya pasien yang hadir setiap harinya tiga hingga lima orang. Namun saat ini hanya satu orang.\"Itupun kalau ada, kadang-kadang juga tidak ada pasien sama sekali, \" katanya.
Akibat peristiwa itu, muncul tanggapan miring masyarakat kepada disabilitas. Seolah-olah tingkah Dodi disamakan dengan tuna netra yang lain. \"Kawan pembunuh, jangan -jangan saat di urut nanti dihabisi juga,\" ujarnya menirukan tudingan warga.(cw4/247)