Butuh Anggaran Rp 11 Triliun
BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Pembangunan rel kereta api dari Pelabuhan Pulau Baai ke Kota Padang, Kabupaten Rejang Lebong belum bisa dipastikan kapan akan dimulai. Sebab, hingga saat ini belum ada investor yang sanggup membiayainya.
Beberapa investor yang tertarik berinvestasi membangun rel kereta api tersebut, seperti PT INKA dan PT Pathaway Internasional (PI), belum menyatakan kesiapannya. Gubernur Bengkulu, Dr H Rohidin Mersyah mengatakan, sampai saat ini memang belum ada investor yang siap untuk membiayai pembangunan rel kereta api tersebut.
“Sekarang kita terus tawarkan kepada para investor yang siap membiayai pembangunannya,” ujar Rohidin kepada Bengkulu Ekspress, kemarin (27/3).
Menurut Rohidin, izin pembangunan rel kereta api dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah keluar. Begitu juga dengan penetapan trase rel juga telah ditentukan. Termasuk kajian pembiayaan juga telah dikeluarkan oleh Kementeriaan Keuangan (Kemkeu). Pembangunan rel kereta api dengan panjang sekitar 168,2 Km dan panjang gerbong 1,5 Km itu akan menghabiskan anggaran hingga Rp 11 Triliun.“Semua izin sudah keluar, tinggal mencari investor yang siap saja,” paparnya.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu akan terus melakukan promosi kepada para calon investor. Baik investor Badan Usaha Milik Negara (BUMN), investor dalam negari maupun laur negari. Mengingat, pembiayaan pembangunan itu murni dibebankan kepada investor tersebut. “Kita berikan penawaran, mana investor yang benar-benar siap,” tambahnya.
Dalam menerima investor pembangunan rel kereta api itu, Rohidin mengaku pihaknya juga akan selektif. Semua kesiapan akan dilihat, termasuk modal investor. Hal ini dilakukan agar jangan sampai ketika telah mendapatkan izin, investor tersebut justru tidak sanggup membiayai pembangunan.
“Memang sudah ada beberapa investor yang masuk, tapi akan kita lihat mana yang punya pengalaman membanguan rel kereta api. Termasuk pembiayaannya juga kita lihat. Jangan sampai izinya keluar, tapi mereka justru tidak ada kemampuan untuk itu,” beber Rohidin.
Menurutnya, modal dan pengalaman dalam membangun rel kereta api sangat penting diperhatikan. Karena bebarapa kasus terjadi, izin sudah dikeluarkan, justru investor tersebut tidak berpengalaman untuk hal tersebut. Ditambah modalnya juga tidak ada untuk melakukan pembangunan.
“Seperti contoh, izin yang kita keluarkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Setelah berjalan, tidak lebih dari 10 persen yang berjalan investasinya. Karena setelah kita verifikasi, ternyata 90 persen tidak memiliki pengalaman di bidang itu. Lalu tidak ada kemampuan finansialnya. Setelah ada izin, mereka jual lagi izin ini dengan investor asing. Proses ini buat waktu lama. Kita tidak mau seperti ini,” tandas Rohidin.
Seperti diketahui, Selain rel kerata api, ada juga pembangunan 5 stasiun yang akan dibangun untuk mengangkut batu bara atau hasil bumi lainnya dan penurunan penumpang. Stasiun itu seperti di Kota Padang, Kepala Curup Rejang Lebong, Kepahiang, Talang Empat Benteng dan Betungan Kota Bengkulu. (151)