Ada pemandangan yang kurang sedap selama perjalanan. Sampah plastik begitu mudah ditemui di kota Sofifi menuju Desa Balbar. Sementara Sofifi adalah pusat kota dan pemerintahan. Meski sepi, Sofifi menjadi gerbang awal untuk masuk ke daerah lainnya. Baik di pinggir jalan maupun selokan kering, sampah berserakan tanpa ada usaha untuk membersihkan. Bukan hal yang menguntungkan.
Namun kondisi ini dilihat berbeda oleh Kepala Desa Balbar, Amir Abdulloh. Bersama Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Berkah, Mohammad Imam, dirinya berinisiatif mencari cara agar sampah menjadi berkah. “Disini sampah plastik berhamburan. Kita sama-sama mengatasi sampah dan mengolahnya menjadi biji plastik,” ujar Amir saat ditemui di Desa Balbar beberapa waktu lalu.
Amir mengungkapkan, dirinya memulai inisiatif tersebut pada 2015. Saat itu, sambungnya, dana desa yang diperoleh Desa Balbar digunakan untuk pelatihan dan peningkatan kapasitas pengolahan sampah. Hal tersebut merupakan upaya untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Awal dana desa bergulir pada tahun 2015. Pada waktu itu saya fokus pada bagaimana membentuk kelompok usaha. Kemudian tahun berikutnya bagaimana bekerjasama dengan Balai Latihan dan Kerjasama (BLK) untuk pelatihan dan peningkatan skill ibu-ibu dan pemuda. Ini dilakukan sebagai usaha untuk pemberdayaan ekonomi,” tambahnya. Melalui musyawarah desa, pada Januari 2018, masyarakat sepakat membentuk BUMDes Berkah dengan suntikan modal awal sebesar Rp 290 juta. Tata kelola sampah pun kini dipegang oleh BUMDes Berkah. Direktur BUMDes Berkah, Mohammad Imam mengatakan, masyarakat meyakini dengan adanya pembentukan BUMDes maka pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pertumbuhan ekonomi akan semakin optimal. “Kita berembug lihat peluang. Sampah-sampah di sekitar Maluku Utara belum tertata, kita buat terobosan untuk mengolah limbah plastik. Dengan melihat sampah-sampah di Sofifi kita jadikan peluang usaha. Kita ambil contoh dari Youtube bagaimana sampah dikelola dengan baik. Ini sekaligus mengedukasi masyarakat bahwa sampah perlu diolah. BUMDes pun dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan,” ujar Mohammad Imam. Saat ini, BUMDes Berkah mempunyai 20 anggota. Mereka merupakan pengangguran di Desa Balbar. Jumlah mesin masih terbatas. Saat ini BUMDes Berkah hanya memiliki satu mesin dengan kapasitas cacah hingga 3 ton dalam satu hari kerja. Dalam satu bulan, mereka dapat menghasilkan 14 ton untuk setiap satu kali kirim ke Perusahaan di Bekasi atau Kabupaten lainnya.
“Keuntungan bersih sekitar 20 juta/ bulan. Dalam satu minggu bisa menghasilkan 100 kg. Disini yang bekerja kebanyakan dari kaum ibu-ibu yang menganggur. Dengan adanya usaha ini mereka dapat penghasilan Rp200ribu/ minggu. Kendala kami saat ini adalah kurangnya bahan baku dan angkutan,” tutur Imam. Sebagai alternatif pasokan bahan baku, BUMDes Berkah bekerjasama dengan BUMDes sekitar. Yaitu BUMDes Borero Desa Ampera dan BUMDes Garomajang Desa Garojo. Mereka dapat mensuplai kebutuhan BUMDes Berkah. Setiap kilogram sampah akan dibeli oleh BUMDes Berkah seharga Rp 1.500. Sementara kedua BUMDes tersebut mengambil dari masyarakat dengan harga Rp 1.000. “Ke depan akan mengembangkan menjadi sebuah industri dan menyerap tenaga kerja. Kami juga akan menciptakan branding dengan desa-desa lain. Selain dengan dua BUMDes, kami juga bangun jaringan dengan Kabupaten lain seperti Jailolo dan pulau-pulau terdekat. BUMDes Berkah sebagai distributor sampah plastik. BUMDes lain sebagai pemasok bahan baku. Perusahaan air mineral akan menjadi mitra kami,” ungkap Imam optimistis. Kreatifitas BUMDes Berkah Desa Balbar membangkitkan geliat perekonomian di Sofifi. BUMDes lain di desa tetangga pun terdorong untuk saling bekerjasama. Tidak hanya menjadi lapangan pekerjaan baru, hadirnya BUMDes juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. (Ril)