PINO RAYA, Bengkulu Ekspress– Warga Pino Raya yang tergabung sebagai suplayer buah tandan segar (TBS) ke PT Sinar Bengkulu Selatan (SBS) di Desa Nanjungan, Pino Raya mendatangi PT SBS, Rabu (15/8) siang. Mereka menyegel PT SBS dengan mengelas pintunya.
“ Kami menyegel PT ini dan meminta agar berhenti operasi,karena PT SBS ingkar janji,” kata Jerli perwakilan supliyer saat ditemui di pintu gerbang PT SBS, Rabu (15/8).
Jerli mengatakan, sebelumnya PT SBS ini mengambil buah sawit dari para toke sawit di Pino Raya dengan sistem hutang. Hanya saja hingga saat ini hutang tersebut tak kunjung dibayar. Padahal sebelumnya sudah berjanji akan membayarnya Rabu (15/8). “ Janjinya hari ini (kemarin red), namun ternyata manajer SBS Pak Jamil kabur,” tandasnya.
Kekecewaan warga ini semakin bertambah, lantaran saat dihubungi oleh pihak SBS sendiri, nomor handpone M Jamil tidak aktif. Akhirnya warga menyegel PT tersebut. “ Jangan salahkan kami jika akhirnya nanti warga bertindak lebih dari hari ini, sebab PT SBS sendiri yang ingkar janji,” tegas Jerli.
Ditambahkan Afrianto, penyegelan tersebut bentuk kekesalan warga. Pasalnya saat ini hutang PT SBS dengan warga sudah mencapai sekitar Rp 35 Miliar.Sebab sudah satu bulan ini pembayaran tersendat. Ditambah lagi ada kabar jika PT SBS akan dijual kepada pihak lain. Sehingga mereka khawatir hutang tersebut tidak akan dibayar PT SBS.
“ Jangan sampai kesabaran kami habis, kami juga punya hutang kepada pihak lain, jika hari ini hanya beberapa orang ini saja yang hadir, ke depan akan lebih ramai lagi,” imbuhnya.
Bahkan dirinya menambahkan, jika segel tersebut dibuka paksa oleh PT SBS tanpa izin dari pihaknya, dirinya mengancam akan mengerahkan massa lebih banyak lagi. Bahkan siap membakar PT tersebut. “ Kalau segel ini dibuka tanpa izin dari kami, jangan salahkan kami jika nanti PT SBS ini kami bakar,” ancamnya.
Hanya saja, kehadiran warga ini hanya diterima asisten manajer, Sodung Panjaitan. Sodung mengaku, manajer PT SBS sedang rapat di Medan untuk mencari solusi terkait hutang pembelian sawit ini. Namun dirinya mengaku tidak dapat menyelesaikannya. Bahkan saat dirinya menghubungi nomor HP M Jamil, nomor yang bersangkutan sedang tidak aktif.
“ Saya tidak bisa memastikan kapan dibayar hutang tersebut, sebab Bapak ( Jamil red) sedang rapat di Medan, nomornya juga sedang tidak aktif,” kilahnya.
Dirinya juga tidak tahu berapa total hutang pembelian buah sawit tersebut. Dirinya berharap bukan bidangnya untuk mengetahui hal tersebut. Terkait informasi PT SBS akan dijual karena merugi. Dirinya membantahnya, dirinya mengaku hingga saat ini belum ada kabar rencana penjualan itu. “ Saya ini hanya bawahan, saya tidak tahu banyak mengenai perusahaan ini,” kilahnya.
Dirinya mengaku, sejak 3 hari lalu, PT SBS sudah menghentikan pembelian buah. Hal ini lantaran hutang kepada toke sawit sudah banyak dan belum bisa dibayarkan. “ Kami sudah menghentikan pembelian buah sawit sejak 3 hari lalu, belum tahu kapan membeli buah lagi,” tutup Sodung. (369)