Kelangkaan Solar Makin Parah

Rabu 08-08-2018,15:10 WIB
Reporter : Redaksi Terkini
Editor : Redaksi Terkini

Antrean di SPBU  Menjalar ke Daerah

BENGKULU, Bengkulu Ekspress- Terbatasnya jumlah pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar di Provinsi Bengkulu menjadi pertanyaan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).  Bahkan pihaknya menyatakan kelangkaan solar hanya terjadi di Provinsi Bengkulu sementara Provinsi lainnya saat ini tetap dalam kondisi normal.

Anggota DPR RI Komisi XI, dr Anarulita Muchtar mengaku, permasalahan kelangkaan pasokan solar di Bengkulu jelas berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat di Bengkulu. Bahkan efeknya juga akan meningkatkan angka kemiskinan di Bengkulu.

\"Sebenarnya ini ada permasalahan apa karena hanya terjadi di Bengkulu, kalau solar sulit maka ekonomi masyarakat kecil juga akan sulit otomatis kemiskinan juga akan meningkat,\" terang Anarulita, kemarin (7/8).

Dirinya juga mengaku, permasalahan kelangkaan solar akan berpengaruh terhadap banyak sektor mulai dari perdagangan, pertanian, perkebunan hingga pertambangan. Hal tersebut dapat terjadi mengingat angkutan darat masih menjadi prioritas utama di Provinsi Bengkulu. Bahkan hampir seluruh kendaraan angkutan darat tersebut membutuhkan bahan bakar solar. \"Ada pedagang dan petani yang hilir mudik menjual hasil dagangan dan pertaniannya ke kota juga akan kesulitan karena tidak ada bahan bakar solar,\" jelas Anarulita.

Untuk itu, dirinya meminta Pemerintah harus menyelesaikan permasalahan ini. Bahkan pihaknya mendorong untuk mencari tahu dimana penyebab hal ini bisa terjadi karena jika berlarut-larut tidak diselesaikan maka akan berdampak buruk bagi masyarakat dan ekonomi daerah. \"Nyumbatnya dimana ini, oknumnya apa, dan bagaimana bisa terjadi krisis BBM solar ini, pemerintah harus segera bertindak,\" ujar Anarulita.

Bahkan dirinya juga sempat kebingungan jika ingin keluar kota karena tidak tau mau isi bahan bakar dimana mengingat krisis BBM solar di Bengkulu sudah mulai akut. Hingga membuat dirinya harus membeli bahan bakar eceran. \"Nah itu baru saya yang akan turun, bagaimana masyarakat yang setiap hari harus keluar uang lebih hanya untuk membeli solar di pangkalan,\" tegasnya.

Sementara itu, Salah satu petugas SPBU di Kota Bengkulu, Rahmat (29) mengaku, idealnya solar di satu SPBU adalah sebanyak 16 ton. Namun kini setiap SPBU di Kota Bengkulu hanya menerima sebanyak 8 ton solar. Hal ini jelas membuat terjadinya krisis solar di Bengkulu. Bahkan beberapa SPBU di Kabupaten di Provinsi Bengkulu setiap menerima pengiriman solar setiap dua kali sehari. \"Kalau kami sehari masih 8 ton, tapi dengar kabar kalau SPBU di wilayah Kabupaten dua hari sekali baru dikirim,\" jelas Rahmat.

Hal tersebut juga diamini, Sopir Mobil Tangki Merah Putih Pertamina Bengkulu, Suradi (34) mengatakan, beberapa SPBU di Bengkulu memang dibatasi pasokannya untuk BBM jenis solar hal tersebut disebabkan solar di Bengkulu sudah beberapa minggu ini didatangkan dari TBBM Lubuk Linggau Sumatera Selatan. Sementara pengiriman solar menggunakan kapal tangker saat ini masih terkendala cuaca. \"Solar masih didatangkan dari Linggau, kapal tanker soalnya tidak bisa merapat,\" terang Suradi.

Bahkan Suradi yang dalam seminggu kadang membawa solar 2 sampai 3 kali, kini hanya mampu membawa 1 kali. Pembatasan tersebut bukanlah dirinya yang mengatur karena semua sudah diatur oleh pihak Pertamina. \"Kami hanya mengirim berdasarkan data harian, kalau disuruh bawa solar ya kami bawa, kalau tidak maka kami bawa BBM jenis lainnya,\" tukasnya.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu akan memanggil PT Pertamina. Pemanggilan ini untuk mempertanyakan penyebab kelangkaan solar yang terjadi di setiap SPBU di Bengkulu. Asisten II Setdaprov Bengkulu, Hj Yuliswani SE mengatakan, rapat dengan memanggil pihak PT Pertamina itu akan dijadwalkan pada Kamis (9/8).

\"Ya nanti kita undang PT Pertamina, untuk mengatasi kelangkaan BBM Solar,\" terang Yulis kepada Bengkulu Ekspress, kemarin (7/8).

Dijelaskannya, memang belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab terjadinya kelangkaan BBM jenis solar. Sebab, dari hasil laporan PT Pertamina, distribusi BBM jenis solar telah sesuai dengan kuota. Bahkan kebutuhaan solar masih dijamin hingga 8-9 hari kedepan. \"Secara kuota, kebutuhaan masih cukup. Tapi memang dilapangan terjadi kendala antriaan kendaraan,\" tambahnya.

Dalam rapat nanti, pemprov akan menyiapkan beberapa opsi untuk mengatasi terjadinya kelangkaan BBM solar. Salah satunya dengan melakukan usualan penambahaan BBM solar kepada PT Pertamina. \"Bisa jadi penambahaan. Tapi usulan penambahaan kuota BBM itu terus dilakukan setiap tahun,\" papar Yulis.

Menurutnya Yulis, apapun nanti hasil keputusaan dalam rapat, PT Pertamina harus bisa menjamin kebutuhaan BBM subsidi maupun non subsidi itu terpenuhi. Sebab, jika terus terjadi kelangkaan, maka masyarakat akan merugi. Dampak luas akan terasa, dengan macetnya pertumbuhaan ekonomi secara umum. \"Jelas menggangung masyarakat, jika terus terjadi kelangkaan. Tapi kita berharap nanti di lapangan bisa diselesaikan. Sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi,\" pungkasnya. Kelangkaan solar ini juga sudah menjalar sampai ke kabupaten.

Seperti di Kabupaten kaur, di SPBU penyedia solar subsidi di Kabupaten Kaur, selalu kehabisan solar, meski baru buka setengah hari. “Solar langka ini karena tidak ada penambahan, dan tetap 8 ton saja persatu kali pengiriman, sama dengan premium juga tak ada penambahan, kita dijatah memang segitu dikirim setiap dua hari sekali,” kata Samhardi Saleh pemilik SPBU Kepala Pasar Kecamatan Kaur Selatan, kemarin (7/8).

Sampai saat ini permintaan solar terus naik dari minggu keminggu, sedangkan stok solar dari Pertamina tak ada penambahan. Pihaknya tetap dijatah hanya 8 ton saja untuk satu kali pengiriman. Sehingga tak bisa menyimpan banyak banyak BBM jenis Solar, sementara permintaan BBM jenis solar ini paling banyak diburu masyarakat.

“Ini sudah kita sampaikan agar ada penambahan stok solar ini, karena 8 ton ini masih sangat kurang. Makanya baru jam 11.00 solar sudah kita tutup karena habis,” ujarnya.

Sementara di Bengkulu Selatan (BS), surat Edaran yang ditandatangani Pelaksana tugas (plt) Bupati Bengkulu Selatan (BS) nomor 18 tahun 2018 6 Agustus 2018 tentang pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) jenis solar ditentang para sopir truk dan fuso. Mereka beralasan pembatasan tersebut merugikan para sopir. “ Pembatasan pembelian solar ini menyengsarakan kami,” protis Buyung (42) salah satu sopir truk yang mengantri di SPBU Kutau, Selasa (7/8).

Ardi (35) sopir truk lainnya menambahkan, dengan adanya SE tersebut, pihak SPBU hanya membolehkan truk dan fuso membeli BBM sebanyak 25 liter sehari. Padahal setiap harinya, pihaknya membutuhkan BBM 60 liter lebih. Sebab jika hanya 25 liter, para sopir hanya bisa bekerja 2 kali saja sehari. Sebab lokasi mengambi material batu dan pasir hingga ke Kabupaten kaur. “Kalau kami ngambil material Ke Kaur dengan solar 25 liter paling hanya 1 kali angkut saja, sedangkan kalau ngambil dalam wilayah Bengkulu Selatan hanya bisa 2 kali,” sesalnya.

Ardi menambahkan, dengan kondisi BBM yang langka ini, dirinya meminta agar setiap truk diberikan jatah 60 liter sehari dan fuso 100 liter. Dengan jumlah tersebut, para sopir bisa bekerja mencari uang, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. “Kalau hanya 25 liter sehari, berarti akan menambah penderitaan kami, sudah sulit mendapatkan solar, dapatpun tidak bisa bekerja maksimal mencari uang,” tandasnya.

Atas keluhan ini, Manajer SPBU Tanjung Raman, Radius meminta pemda BS dapat memaklumi keingian para sopir. Terlebih lagi mulai kemarin hingga 12 Agustus dari informasi yang diterimanya BBM jenis solar normal kembali dipasok ke SPBU. Bahkan sudah dua hari ini, solar masuk ke SPBU Tanjung Raman setiap hari 8 ton. “Kalau saat ini hingga 12 Agustus nanti pasokan normal kembali, “ ujarnya. (369/618/999)

Tags :
Kategori :

Terkait