AI Semakin Canggih, Kominfo Ungkap Dampaknya ke Politik RI

AI Semakin Canggih, Kominfo Ungkap Dampaknya ke Politik RI

AI Semakin Canggih, Kominfo Ungkap Dampaknya ke Politik RI-(foto: istimewa/bengkuluekspress.disway.id)-

BENGKULUEKSPRESS.COM -  Ada segudang dampak buruk kehadiran Teknologi Artificial Intelligence (AI). Bahkan, teknologi AI sempat ditakutkan bakal menggantikan posisi manusia dalam pekerjaan yang mengandalkan otomatisasi. 

BACA JUGA:Mengulas Kelebihan dan Kekurangan HP Vivo V29 5G, Miliki Kamera 50 Mp

Namun ternyata, dampak buruk AI bukan cuma itu. Jika penerapannya tak diatur atau risikonya tak dimitigasi. 

Sekretaris Jenderal Kementerian Kominfo, Mira Tayyiba mengungkapkan insiden terkait AI terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Stanford University dalam periode 2012-2022 ada peningkatan sebanyak 26 kali.

"Meningkatnya penyebaran disinformasi yang dihasilkan oleh AI juga perlu menjadi perhatian utama bagi semua pihak karena dapat disalahgunakan untuk memanipulasi opini publik dan menyulut perselisihan, yang kemudian dapat menyebabkan gangguan maupun kekacauan dalam pelayanan publik, ketertiban sosial, maupun stabilitas ekonomi," jelas Mira Forum Ekonomi Digital Kominfo (FEDK) VI.

BACA JUGA:Apa Itu Artificial Intelligence? Berikut Penjelasan dan Cara Kerjanya

I Nyoman Adhiarna, Sekretaris Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, menyinggung soal disinformasi yang bisa digunakan dengan teknologi AI. Bahkan informasi salah itu sulit dibedakan dengan kenyataan yang sebenarnya.

Salah satu contohnya adalah tersebarnya video Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tengah berpidato dalam bahasa China. Dalam penjelasan Kominfo, video itu berasal dari kanal The U.S. - Indonesia Society (USINDO) pada 13 November 2015.

Video itu lalu diedit dengan menggunakan teknologi deepfake. Padahal Jokowi tidak menggunakan bahasa Mandarin saat pidato tersebut.

"Menciptakan ruang digital menjadi tidak bersih dan sehat. Disinformasi menciptakan gangguan di masyarakat, jadi informasi-informasi yang beredar sulit dibedakan hoaks dan bukan," kata Adhiarna

BACA JUGA:Miliki Harga Fantastis, Seperti Apa Spesifikasi Vivo X80 Pro 5G, Simak Berikut Ini

Dirinya menambahkan, "Sebagai Contoh presiden pidato bahasa China. Nah ini contoh pemanfaatan AI untuk disinformasi, sehingga masyarakat bisa terpengaruh," ucapnya.

Adhiarna mengingatkan untuk bisa menjaga ruang digital dengan aman. Apalagi mengingat Indonesia akan menghadapi perhelatan pemilu 2024 mendatang.

"Dan kita menghadapi perhelatan politik, maka kita harus mampu menjaganya agar ruang digital kita aman dan bersih," jelasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: