Gubernur Bengkulu dan Isteri Diamankan KPK

Gubernur Bengkulu dan Isteri Diamankan KPK

Bersama 2 Kontraktor dan Sopir

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Setelah berhasil melakukan OTT terhadap penegak hukum dari Kejaksaan Tinggi Bengkulu beberapa waktu yang lalu, kali ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali membuat gempar warga Provinsi Bengkulu.

Pasalnya Selasa pagi (20/6) KPK kembali melakukan OTT terhadap isteri Gubernur Bengkulu H Ridwan Mukti SH MH, Lily Martiani Maddari dan 2 orang kontraktor, yakni Direktur Utama PT Rico Putra Selatan (RPS), Rico Dian Sari atau Rico Can dan Direktur Utama PT Statika Karya (SK), Jhony Wijaya, serta sopir pribadi Rico Can, Haryono.

Informasi yang diperoleh Bengkulu Ekspress, dugaan suap ini terkait fee proyek, karena PT RPS dan PT SK memenangkan tender proyek yang anggarannya puluhan miliar. Selasa (20/6) pagi sekitar pukul 08.00 WIB, awalnya Rico Can bersama sopir pribadinya datang ke rumah pribadi Gubernur di Jalan Hibrida 15 Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu. Setelah itu, dia pergi lagi.

Sekitar pukul 9.40 WIB, datang 2 unit mobil, Avanza nopol B 1918 BIB dan BD 1603 LW masuk ke dalam kediaman pribadi Gubernur, namun dihadang Satpol PP. Namun ketika kaca mobil dibuka, dan melihat ada Rico Can di dalam mobil, akhirnya Satpol PP memperbolehkan mobil tersebut masuk ke halaman rumah RM.

Ternyata di dalam mobil itu ada beberapa orang petugas dari KPK dengan ditemani jajaran Polda Bengkulu langsung menggeruduk masuk ke rumah pribadi RM, selanjutnya memeriksa kamar pribadi RM. Tidak lama kemudian mereka keluar membawa barang bukti beserta istri RM, Hj Lily Martiani Maddari ke Gedung Reskrim Khusus Polda Bengkulu. Termasuk juga Rico Can, Jhoni, dan Haryono yang sudah ada di salah satu mobil KPK. Tidak lama kemudian, RM yang sedang memimpin rapat di kantornya, datang ke Mapolda Bengkulu karena mengetahui istrinya ditangkap KPK. Dia kemudian ikut diperiksa di ruang Dit Reskrimsus Polda Bengkulu.

Selain itu tim KPK juga melakukan penggeledahan di mobil dinas BD 1 merk Toyota Alphard berwarna putih. Dari dalam mobil turut diambil beberapa surat dan dokumen yang tidak tahu persis apa isinya. Sedangkan rumah pribadi Gubernur dan ruang kerja Gubernur saat ini dijaga ketat pihak Kepolisian dan untuk ruang kerja Gubernur telah dilakukan penyegelan oleh tim KPK. Setelah menjalani pemeriksaan beberapa jam, sekitar pukul 13.00 WIB, Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti, istrinya Lily Martiani Maddari, Rico Can, Jhoni Wijaya, dan sopir pribadi Rico Can bernama Haryono dibawa ke Bandara Fatmawati Bengkulu untuk diberangkatkan ke Jakarta menuju gedung KPK.

Saat keluar dari Mapolda Bengkulu menuju mobil yang akan membawanya, kelima orang ini tidak mau mengeluarkan sepatah kata pun ketika dimintai konfirmasinya oleh wartawan. Bahkan pengamanan terhadap Lily dilakukan polisi begitu ketat, sehingga wartawan sulit mendekat. Sedangkan Lily terlihat menangis, kemudian menutup wajahnya dengan kerudung yang dipakainya.

Sedangkan Gubernur Ridwan Mukti terlihat santai, dengan mengenakan baju kemeja putih celana hitam, Ridwan Mukti berjalan menuju mobil yang akan membawanya ke bandara. Rico Can dan Jhoni Wijaya terlihat keluar melalui pintu belakang bersama staf dan ajudan Rico Can sehingga lepas dari pantauan media. Sekitar pukul 14.00 WIB, kelima orang ini tiba di Bandara Fatmawati, kemudian diterbangkan ke Jakarta menggunakan pesawat Garuda Indonesia.

Kapolda Bengkulu Brigjen Pol Drs Coki Manurung SH MHum melalui Direktur Reserse Khusus (Reskrimsus) Kombes Pol Drs Herman MM saat dicegat wartawan mengatakan,memang benar tim KPK telah melakukan OTT terhadap yang diduga melibatkan istri Gubernur Bengkulu Lily Madari beserta 3 orang pelaku lainnya sekitar pukul 09.00 WIB bertempat di rumah pribadi Gubernur di kawasan Jalan Hibrida 15 Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.

\"Saat ini memang Gubernur juga sudah berada di ruangan Reskrimsus untuk menemani istri tetapi untuk keterlibatan Gubernur kita tidak tahu dan kita serahkan ke pihak KPK dalam kasus ini,\" terangnya kemarin (20/6).

Sementara itu, ia menyampaikan, jika hingga saat ini untuk barang bukti diatas Rp 1 miliar dan kemungkinan lebih karena masih dihitung dan dilakukan pendalaman oleh tim KPK.

\"Yang jelas ada barang buktinya untuk berapa jumlah pastinya tunggu pihak KPK melakukan rilis dari Jakarta nanti,\" ucapnya saat itu.

Ia menjelaskan, kapasitas Polda Bengkulu dalam kasus ini hanya sebagai penyedia tempat pengamanan dan pemeriksaan sementara, sedangkan proses pemeriksaannya ditangani langsung oleh KPK pusat dan pihak Polda Bengkulu tidak memiliki kewenangan mengenai hal tersebut.

\"Ini sama seperti OTT yang terjadi beberapa waktu yang lalu yang melibatkan orang Kejaksaan Tinggi (Kejati) Bengkulu hanya saja kali ini lebih hot lagi yaitu istri gubernur dan dua orang kontraktor ternama dan terbesar yang ada di Provinsi Bengkulu,\" jelasnya.

Sementara itu, berdasarkan pantauan Bengkulu Ekspress, saat ini kondisi dilokasi Polda Bengkulu sudah sepi yang sebelumnya dipenuhi atau dipadati para awak media baik media Nasional, media cetak, televisi maupun online, tetapi setelah Gubernur beserta istri dan 4 orang lainnya sudah dibawa ke Bandara, kondisi Polda Bengkulu dan rumah pribadi Gubernur sudah sepi dan hingga berita ini resmi dibuat dan diketik tidak ada satupun pihak KPK yang memberikan keterangan mengenai OTT tersebut, wartawan hanya mendapatkan data berdasarkan pantauan dilapangan dan dari keterangan pihak Polda Bengkulu.

Suap Proyek Jalan

Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan, penangkapan lima orang itu diduga terkait dengan kasus suap untuk proyek pengadaan peningkatan jalan di Bengkulu. Hanya, Agus belum bisa menjelaskan secara detail seperti apa proyek yang dimaksud. ”Itu kayaknya peningkatan jalan. Suap mungkin. Saya baru dilaporin lewat telepon (oleh penyidik),” ujarnya saat acara buka puasa bersama di GOR PTIK, Jakarta.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah menambahkan, penangkapan 5 orang itu karena adanya indikasi transaksi suap antara pihak swasta dan penyelenggara negara, dalam hal ini Gubernur Bengkulu. Tim KPK pun mengamankan sejumlah uang dalam pecahan rupiah didalam 1 kardus yang diduga uang suap. Jumlahnya miliaran rupiah. Tadi malam, status Ridwan dan istrinya masih sebagai terperiksa.

”Kami akan lakukan pemeriksaan terlebih dahulu sebelum penentuan status hukum mereka,” ujarnya di gedung KPK, kemarin. Komisi antirasuah punya waktu 1x24 jam untuk melakukan pemeriksaan sebelum meningkatkan status penyelidikan menjadi penyidikan. ”Besok (hari ini, Red) kemungkinan sudah bisa diketahui (status hukum Gubernur Bengkulu),” imbuhnya.

Informasi yang dihimpun Jawa Pos, uang suap yang diberikan untuk Ridwan dan istrinya terindikasi sebagai imbalan atas proyek pengadaan konstruksi jalan di sejumlah daerah di Bengkulu yang dikerjakan 2 perusahaan milik Rico dan Joni. Sebagai catatan, selain berlatarbelakang pengusaha, Rico merupakan Bendahara Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Bengkulu.

Khususnya perusahaan Rico, berkali-kali memenangkan tender pengadaan konstruksi jalan di Bengkulu. Pada 2014, misalnya, PT Rico Putra Selatan (RPS) menjadi pemenang proyek pengadaan konstruksi jalan senilai Rp 20,3 miliar di Kota Bengkulu.

Background Ridwan dan istrinya selama ini dikenal sebagai politisi sekaligus pengusaha. Keduanya merupakan putera daerah Sumatera Selatan. Sebelumnya, Ridwan menjabat sebagai Bupati Musi Rawas, Sumsel periode 2005-2015. Sementara istrinya pernah menjadi anggota DPRD Sumsel periode 2009-2014. Dikutip dari acch.kpk.go.id milik KPK, pada Juli 2015 kekayaan Ridwan sebesar Rp 10.324.830.363.

Terkait OTT lagi di Bengkulu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menuturkan bahwa dia cukup kenal dengan Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti. Meskipun begitu, dia mendukung penyelesaian kasus tersebut hingga tuntas. \"Gubernurnya teman baik, ini kan lagi diproses kita tunggulah prosesnya,\" imbuh dia.

Terpisah, Sekretaris Jenderal DPP Partai Golongan Karya Idrus Marham mengaku telah mendengar kabar OTT KPK yang menyeret Gubernur Bengkulu. Idrus Marham menyatakan bahwa DPP Partai Golkar langsung melakukan langkah-langkah terkait salah satu kader Partai Golkar itu. \"Kami sudah memerintahkan Ketua Bidang Hukum dan HAM untuk melakukan pendampingan secara hukum,\" kata Idrus di kantor DPP Partai Golkar, kemarin.

 Menurut Idrus, pihaknya belum mengetahui secara persis kasus apa yang terkait dengan Ridwan. Namun, Idrus menegaskan bahwa Partai Golkar menghargai langkah-langkah KPK dalam upaya penegakan hukum. \"Tentu semua proses hukum kami serahkan kepada KPK,\" kata Idrus.

 Terhadap kejadian ini, Idrus mengingatkan kepada seluruh kader Partai Golkar untuk tidak melakukan perilaku korupsi. Tidak ada toleransi kepada kader yang melakukan korupsi ataupun suap. DPP Partai Golkar akan memberikan langkah dan sanksi yang tegas kepada kader yang terbukti melanggar hal itu. \"(Larangan) itu juga sudah kami sampaikan kembali dalam Rapimnas di Balikpapan beberapa waktu lalu,\" kata Idrus.

Rumah Gubernur Dijaga Ketat

Sementara itu situasi rumah pribadi Gubernur Bengkulu di Jalan Hibrida 15, Kelurahan Sidomulyo pasca Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK sekitar pukul 11.00 WIB terlihat sepi, tidak ada aktivitas dari dalam rumah.

Beberapa aparat berpakaian preman terlihat melakukan penjagaan di sekitar rumah pribadi Gubernur dengan kondisi pintu pagar tertutup rapat. Setiap orang yang hendak masuk ke halaman rumah terlebih dulu melapor ke petugas di pos penjagaan. Saat awak media menanyakan kepada salah satu petugas Satpol PP yang berada di pos penjagaan dia terlihat menutup-nutupi OTT KPK tersebut. Dia mengaku situasi rumah Gubernur sejak pagi tidak ada mencurigakan, lengang dan aman-aman saja. Dia mengaku tidak tahu menahu soal OTT KPK tersebut. \"Dari tadi pagi situasinya seperti ini (sepi) tidak ada yang mencurigakan,\" singkat anggota Satpol PP tersebut sembari masuk kedalam pos jaga.

Tidak lama setelah itu satu unit mobil Avanza warna hitam dengan nomor polisi B 1918 BIB masuk ke dalam rumah Gubernur. Dua orang menggunakan atribut khas KPK, masker dan rompi masuk ke dalam rumah. Sekitar 30 menit dua orang yang diduga tim dari KPK itu berada di dalam rumah. Mereka terlihat membawa serta satu orang wanita dari dalam rumah. Setelah selesai, mobil tersebut langsung keluar dari dalam rumah diduga menuju Polda Bengkulu.

Awak media sudah ramai di depan pagar rumah Gubernur, petugas di dalam rumah pribadi Gubernur tidak melarang mengambil gambar. Hanya saja awak media tidak diperbolehkan masuk. Banyaknya mobil yang terparkir di depan rumah Gubernur menjadi perhatian masyarakat. Mereka memelankan kendaraanya saat melintas didepan rumah Gubernur. Umumny mereka penasaran, tidak seperti biasanya rumah besar yang berisi belasan mobil tersebut ramai oleh wartawan.

Sementara itu rumah pribadi milik Riko Can yang berada di sekitaran Taman Remaja juga terlihat sepi. Pagar tertutup rapat, tidak terlihat aktifitas dari dalam rumah. Kondisi serupa terlihat juga di Graha Riko Putra Selatan (RPS) yang berada di Jalan Bakti Husada, Lingkar Barat. Aktivitas perkantortan sepi, tidak terlihat aktifitas karyawan bekerja. Pintu pagar tertutup rapat. Bahkan saat ditanya kepada salah satu karyawan, mereka enggan berkomentar terkait OTT terhadap bos mereka.(529/167/JPG)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: