Perjuangan Para TKI Illegal Kabur Dari Malaysia Taruhan Nyawa, Demi Bisa Pulang Ke Tanah Air

Perjuangan Para TKI Illegal Kabur Dari Malaysia Taruhan Nyawa, Demi Bisa Pulang Ke Tanah Air

Demi bisa kembali lagi ke tanah air, keempatnya terpaksa menempuh medan yang sangat berat. Mulai dari berjalan kaki melewati hutan.

JULIYAN SAFRI, BENGKULU UTARA

KENYATAAN pahit dialami Gilang Widodo (25) dan istrinya Retno (23), adik iparnya Evan Hermanto (20) serta Udin (24) warga Desa Padang Jaya Kecamatan Padang Jaya yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Illegal di Malaysia.

Demi bisa kembali lagi ke tanah air, keempatnya terpaksa menempuh medan yang sangat berat. Mulai dari berjalan kaki melewati hutan, menyeberangi sungai hingga beberapa kali ganti kendaraan agar sampai di perbatasan Indonesia-Malaysia.

Keempat TKI ini nekat melarikan diri dari pabrik kayu lapis PT Samling Plywood Bintulu Sdn Bhd Serawak Malaysia. Hal ini lantaran mereka mendapatkan perlakuan seperti budak saat bekerja. Kenapa tidak? Setiap orang diwajibkan bekerja setiap hari selama 12 jam.

Baik sift siang maupun malam. Namun gaji yang diberikan tidak sesuai dengan resiko perkerjaan yang dilakukan. Parahnya lagi, jika sakit dan tidak masuk kerja, maka dikenakan denda.

Atas perlakukan itu, sebanyak 4 TKI warga Desa Padang Jaya Kecamatan Padang Jaya serta 7 TKI lainnya asal pulau Jawa dan Kalimantan ini, nekat melarikan diri dari perusahaan itu demi pulang ke tanah air. Berbagai rintangan pun dihadapi. Mulai dari mempersiapkan uang dengan cara menghemat kehidupan hingga tidak makan, menyewa orang dan travel gelap agar dapat sampai ke perbatasan.

‘’Kami tidak tahan lagi menjadi budak diperusahaan ini. Dan tidak diberi gaji yang sesuai. Maka, kami memutuskan untuk kabur dari perusahaan,’’ ujarnya Gilang kepada Bengkulu Ekspress (BE) saat ditemui di rumahnya, kemarin (15/2)

Mulanya 11 TKI ini, kabur dari perusahaan pada sore Jumat (10/2). Mereka kemudian dipandu oleh orang sewaan yang mengetahui jalan kabur dari perusahaan. Satu persatu mereka keluar dari perusahaan lewat jalan belakang.

Kemudian menelusuri hutan dan menyeberangi sungai dengan berjalan kaki lebih dari satu jam. Kemudian sesampainya di jalan raya tempat titik bertemu dengan jembutan pihak travel gelap. Mereka terpaksa menunggu selama kurang lebih 3 jam. Bahkan saat itu, mereka terpaksa bersembunyi di bawah kolong jembatan dan semak-semak agar tidak ketahuan.

‘’Jumat sore kami sebanyak 11 orang meninggalkan perusahaan. Dengan cara kabur lewat jalan belakang,’’ ungkapnya.

Kemudian setelah dijeput, mobil travel itu datang, mereka pun menuju perbatasan dari pukul 19.00 waktu Malaysia. Namun perjuangan tidak hanya sampai disitu.

Karena untuk menuju perbatasan dibutuhkan waktu kurang lebih sehari semalam. Bahkan guna menghindari ketahuan oleh pihak perusahaan dan pihak keamanan, mereka harus berganti sebanyak 7 kendaraan.

‘’Ketika kami kabur hampir saja ketahuan oleh security. Untung saja mobil travel itu langsung berangkat. Bahkan dalam perjalan, sang supir memacu kecepatan lebih dari 100 km/jam guna menghindari penangkapan oleh polisi Malaysia,’’ tuturnya.

Ia menyampaikan dalam perjalanan sang supir memacu kecepatan diatas 100 km/jam guna menghindari penagkapan dari polisi Malaysia. Bahkan jarak 1 Km dari perbatasan, mereka berganti sebanyak 3 kendaraan.

Karena setiap kendaraan mempunyai jarak tempuh masing-masing. Kemudian berganti dengan travel lainnya.

‘’Dari awal sampai perbatasan Malaysia-Kalimantan, kami berganti sebanyak 7 mobil. Dan di dalam mobil bak terbuka kami ditutupi terpal dan harus berdesak-dsakan,’’ terangnya.

Sesampaikan diperbatasan, dilanjutkan dengan menggunakan pesawat terbang menuju Bandara Soekarno-Hatta Jakarata dan transit kembali menuju Bandara Fatmawati Bengkulu. ‘’Kami tiba di Bengkulu hari Selasa (14/2) dan langsung pulang ke Padang Jaya,’’ pungkasnya.(***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: