RAJA RIMBA TERUSIR DARI ISTANA

RAJA RIMBA TERUSIR DARI ISTANA

 Terancam Punah, Tersisa 17 Ekor

Harimau Sumatera dikenal sebagai \"Raja rimba\", terusir dari istananya. Konservasi hutan menjadi pemukiman, perkebunan, serta pertambangan menyebabkan populasinya terus menurun.

BALAI Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu menyebutkan jumlah populasi Harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae) yang hidup di kawasan hutan wilayah Provinsi Bengkulu, diperkirakan hanya tersisa belasan ekor.

\"Hasil monitoring pada 2016 melalui spot gangguan atau konflik baik dari laporan masyarakat maupun hasil patroli petugas, diperkirakan populasi harimau di Bengkulu tinggal 17 ekor dimana pada tahun 2015 hanya sekitar 15 ekor kemudian dilepas ke taman nasional bukit barisan selatan (TNBS) dari hasil penakaran sebanyak 2 ekor,\" ujar Kepala BKSDA Provinsi Bengkulu Ir Abu Bakar di Bengkulu, kemarin (6/12).

Abu Bakar menjelaskan, penyebab berkurangnya jumlah populasi harimau di Bengkulu disebabkan oleh konflik. Konflik satwa dilindungi harimau tertinggi terjadi di wilayah Kabupaten Seluma, lalu diikuti Kabupaten Bengkulu Utara. Konflik antara harimau dengan manusia dapat disebabkan oleh faktor makanan dan ruang. \"Aktivitas perburuan satwa liar (yang merupakan hewan mangsa harimau) yang dilakukan jelas mempengaruhi ketersediaan pakan harimau,\" imbuhnya.

Sementara itu, konversi hutan menjadi pemukiman, perkebunan, pertambangan dan jaringan jalan telah mempersempit habitat yang bisa dihuni oleh harimau. Dengan meningkatnya laju konversi hutan di Sumatera serta tingginya aktivitas perburuan, telah menyebabkan meningkatnya Konflik Harimau dengan Manusia. \"Selain habitatnya sudah semakin sempit, perburuan harimau itu sendiri yang menyebabkan berkurangnya populasi,\" cetusnya.

Padahal, pemerintah sudah menargetkan dalam upaya peningkatan populasi harimau Sumatera di habitatnya sebesar tiga persen per tahun. Banyak upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah dalam mencegah kepunahan harimau sumatera yaitu dengan cara melakukan penakaran di Taman Safari. \"Untuk peningkatan populasi satwa terancam punah ini, kami memprioritaskan perlindungan kawasan hutan yang menjadi habitatnya serta melakukan penakaran di Taman Safari,\" ujarnya lagi.

Salah satu kawasan yang dianggap menjadi rumah harimau Sumatera, yakni Taman Buru Semidang Bukit Kabu seluas 9.000 hektare di Kabupaten Seluma. Mengatasi perambahan di Taman Buru Semidang Bukit Kabu yang mencapai seluas 1.500 hektare menjadi program prioritas BKSDA dengan melibatkan masyarakat perambah untuk menghutankan kembali kawasan itu.

Selain itu, perlindungan kawasan tersebut juga dilakukan dengan mengusulkan peningkatan status kawasan hutan itu dari taman buru menjadi kawasan suaka margasatwa. \"Karena selain harimau, di kawasan hutan itu juga terdapat jenis satwa liar dilindungi lainnya seperti beruang madu dan siamang,\" jelasnya.

Pengelolah Data Tumbuhan dan Satwa BKSDA Provinsi Bengkulu Drh Erni Suyanti Musabine mengatakan bahwa jumlah populasi harimau (Panthera Tigris Sumatrae) di habitatnya sudah sangat kritis. Ini menjadi tugas para penegak hukum untuk semakin memperketat penjagaan untuk menjaga satwa yang dilindungi ini.

\"Perketat penjagaan di dalam habitat, melakukan pemeriksaan terhadap siapapun yang memasuki kawasan, meningkatkan kerja sama dengan penegak hukum, investigasi dan tegakkan hukum secara intensif, itu adalah beberapa upaya yang harus dilakukan saat ini oleh Pemerintah Indonesia,\" kata Erni.

Erni mengatakan bahwa jual beli harimau liar sangat tinggi. Profesi tersangka perburuan harimau liar tak hanya dilakukan oknum pengusaha, tapi beragam, dari petani, PNS, polisi, perbakin, pedagang, pengacara, bahkan anggota DPRD.

\"Mereka jelas melanggar UU pasal 40 ayat (2) UU No 5 tahun 1990. Namun seringkali putusan hukuman sangat ringan, tak sesuai dengan aturan. Mana mungkin ada efek jera kalau hukumannya tak berat,\" kata Erni.

Erni juga menyatakan bahwa keberadaan harimau harus dijaga dan pemerintah harus serius. Semua pihak harus kerja sama bergandengan tangan menyelamatkannya. \"Populasinya di Bengkulu hanya tinggal 17 ekor dan telah masuk ke klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered),\" terang Erni.

Erni menambahkan, bila habitat satwa langka itu dalam kondisi baik, maka secara alamiah populasi harimau Sumatera akan bertambah sehingga terhindar dari kepunahan. \"Harimau sebagai predator utama punya peran menjadi payung dalam ekosistem terhadap flora dan fauna di lingkungannya. Kami berharap saat ini hanyalah hati nurani dari para manusia,\" tutup Erni.(cw2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: