Surat Kabar di Tengah Serangan Sosmed dan Media Online, Newspaper Never Die, Asal…

Surat Kabar di Tengah Serangan Sosmed dan Media Online, Newspaper Never Die, Asal…

NEWS PAPER never die atau surat kabar (koran) tidak akan pernah mati. Itulah salah satu keyakinan yang ditanamkan oleh General Manager Jawa Pos Group, Bambang Jano Isnoto dan Wakil Pemimpin Redaksi Jawa Pos, Abdul Rokhim kepada 54 orang wartawan dan redaktur, peserta Pelatihan Peningkatan SDM Keredaksian Sumatera Ekspress Group di salah satu hotel Kota Palembang, Sumatera Selatan, 19-21 Desember lalu.

Rajman Azhar, Palembang

Abdul Rokhim yang akrab disapa Mas Kim mengakui, di era digital, dimana arus ‘tsunami informasi’ dari media online dan media sosial saat ini, pekerja surat kabar dihadapkan kepada era dimana semua orang bukan hanya menjadi penerima informasi tetapi juga pemberi informasi. Mereka berlomba-lomba menyampaikan informasi melalui akun media sosial atau media online, meskipun belum diketahui kebenaran informasi tersebut.

“Seperti yang dilakukan pekerja media online, ketika mereka menerima informasi mengenai peristiwa, mereka dengan mudah memuat berita itu. Ketika informasi itu salah, dengan mudah mereka mengubahnya tanpa merasa berdosa. Begitu juga dengan pengguna media sosial, mereka bisa akan dengan cepat menyampaikan informasi mengenai suatu peristiwa di sekitar mereka, bisa melalui foto atau di status akun mereka.

Namun informasi mereka hanya sebatas foto dan status itu, jadi pembaca akan bertanya-tanya kebenarannya,” terang Mas Kim, yang juga Manager Konten Jawa Pos Group ini.

Untuk menjawab kekurangan informasi itu, adalah tugas surat kabar memberikan berita yang lebih lengkap dari media online dan medsos. Berita terbaru itu tentu yang tidak ada di medsos dan media online, sehingga pembaca koran akan terlihat maju satu langkah dari pembaca medsos dan media online.

“Jangan koran kita di isi berita-berita sampah, yaitu berita yang sudah dimuat media online dan sosmed. Lebih baik halamannya sedikit, tetapi di isi berita yang berkualitas, yang bisa membuat pembaca terlihat lebih cerdas dari rekannya setelah mereka membaca koran kita,” kata Mas Kim.

Tentu untuk menghasilkan berita-berita yang berkualitas, perlu kerja keras alias berita yang dihasilkan dengan berkeringat. Bukan berita yang didapat hanya didapat melalui wawancara di balik telepon atau berita yang hanya mengandalkan satu narasumber saja.

Untuk menghasilkan berita yang menarik minat orang untuk membacanya adalah berita yang direncanakan dan digarap serius. “Kurangi berita-berita kemarin, perbanyak berita-berita prediksi masa depan,” imbaunya.

Hal yang sama disampaikan Bambang Janu Isnoto. Serangan media online dan sosmed saat ini memang membuat media surat kabar sempat kelimpungan, karena informasi yang disampaikan begitu cepat kepada pembaca.

Namun demikian, koran masih menjadi sumber informasi terbaik, dengan catatan berita yang disajikan tidak salah dan lengkap. Koran merupakan media yang masih konsisten menjaga jurnalisme yang bertanggung jawab, sebab fungsinya tidak bisa sepenuhnya digantikan media online.

Media online mempunyai kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah akurasi berita yang buruk. Kurang verifikasi data karena mengandalkan satu nara sumber. Hal itu menyebabkan informasi yang disampaikan salah kemudian diralat.

“Kelemahan media online itu biasanya informasi sepotong atau baru ‘katanya dan katanya’ sudah diupload. Setelah beberapa menit kemudian mereka ralat karena salah. Biarkan saja, mudah-mudahan mereka tidak sadar dan lupa (meralatnya),” ujar Bambang bercanda, disambut tawa peserta wartawan dan redaktur dari puluhan koran yang berasal dari Bengkulu, Lampung, Jambi, Bangka Belitung, dan Jambi.

Kesalahan media online itu, kata Bambang, yang bisa dimanfaatkan oleh surat kabar. Sebab, orang-orang yang belum puas membaca media online akan mendapatkan informasi yanng dibutuhkan di surat kabar. “Kita bikin pembaca itu selalu merindukan koran dengan menyajikan berita yang dibutuhkan pembaca yang tidak ada di media online,” ujar lelaki berambut gondrong, mantan Pimpinan Redaksi Kaltim Post ini.

Bambang juga meminta seluruh wartawan Jawa Pos Group tidak menganggap remeh kode etik jurnalistik, karena itu adalah kunci wartawan dalam menjalankan tugasnya. Jika wartawan tidak berpatokan dengan kode etik itu, suatu saat akan terbentur.

Sebagai contoh, kata Bambang, di pasal satu dijelaskan, wartawan Indonesia harus bersifat independen, menghasilkan berita yang akurat berimbang, dan tidak beritikad buruk.

“Kita (bisa) diprotes orang, kita didemo, dituntut ke pengadilan, karena berita kita tidak berimbang. Tetapi ketika berita kita berimbang, maka selamat kita dunia akhirat,” ujar Bambang.

Selain memberikan pelatihan kepada wartawan dan redaktur, manajemen Jawa Pos Group juga memberikan pelatihan kepada puluhan karyawan lay out atau pracetak serta photografer Jawa Pos Group.

Sebelumnya, saat pembukaan, Dirut Sumeks Group, H Muslimin MH, memberikan motivasi kepada seluruh peserta untuk terus bekerja keras.

Muslimin menyampaikan, Jawa Pos tidak serta merta menjadi besar, tetapi melalui ketekunan dan keuletan karyawannya, salah satunya yang dilakukan CEO Jawa Pos Group Sumbagsel, Jateng, Jabar dan Banten, H Suparno Wonokromo.

Suparno yang waktu itu ditugaskan ke Bengkulu oleh Dahlan Iskan untuk membangun koran Semarak (sekarang Rakyat Bengkulu), sempat dipengaruhi beberapa rekannya untuk tidak menerima tawaran itu. Sebab, waktu itu Kota Bengkulu masih sangat sepi dan banyak hutan.

Namun karena keyakinannya dan keteguhannya, Suparno tetap melaksanakan perintah itu sehingga berhasil seperti sekarang.

Kerja keras ini, kata Muslimin, untuk menjadi gambaran kepada karyawan Jawa Pos yang masih muda. Jangan sampai mudah menyerah ketika diberi tugas yang seperti berat. \"Dari situ kita bisa berhasil mengambil hikmah, jangan sampai putus asa ketika ditugaskan di tempat yang kita anggap tidak sesuai,\" demikian Muslimin.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: