Cerita Wahyu Budi Santoso (31), Guru Berprestasi Tingkat Kota Bengkulu 2016

Cerita Wahyu Budi Santoso (31), Guru Berprestasi Tingkat Kota Bengkulu 2016

Siswa Mengawasi Siswa Efektif Meningkatkan Disiplin

Wahyu Budi Santoso (31), Ketua Jurusan Pelayaran di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 4 Kota Bengkulu terpilih menjadi guru berprestasi dan berdedikasi dalam peringatan Hari Guru Nasional ke 71 2016 beberapa waktu lalu. Ia tidak menyangka bisa terpilih, karena menurutnya ia hanyalah guru yang mengabdi untuk kemajuan pendidikan di Bengkulu.

CARMINANDA, Kota Bengkulu

Ketika ditemui Bengkulu Ekspress, Wahyu mengaku hanya diminta oleh Kepala Sekolah SMKN 1 Kota Bengkulu untuk melengkapi berkas fortopolio untuk diajukan menjadi guru berprestasi dan berdedikasi.

\"Saya tidak tahu mengapa kepala sekolah menunjuk saya. Intinya, ketika saya diminta untuk melengkapi berkas ya saya harus siapkan selengkap mungkin,\" ungkapnya, saat diwawancarai BE di SMKN 1 Kota Bengkulu, kemarin (06/12).

Sebelum menjadi Pegawai Negeri Sipil, pria kelahiran Jakarta 16 Februari 1984 ini sempat menjadi guru honor di salah satu SMP di Kabupaten Bengkulu Utara. Baru pada tahun 2005, ia lulus menjadi PNS dan ditugaskan mengajar di SMKN 4 Kota Bengkulu.

Pada awal mengajar di SMKN 4 Kota Bengkulu, ia menjelaskan kondisi sekolah tersebut tidak seperti saat ini. \"Saat itu siswanya tidak disiplin. Rambutnya panjang, pakaiannya tidak rapi. Padahalkan mereka itu anak taruna pelayaran,\" bebernya.

Melihat kondisi tersebut, ayah dari Laksamana Nautika Jaleveva itu berinisiatif membentuk Korps Pelajar Pelayaran. Korps Pelajar Pelayaran merupakan lembaga yang terdiri dari siswa SMKN 4 Kota Bengkulu jurusan Pelayaran, memiliki tugas untuk mengawasi para siswa yang tidak disiplin.

\"Ya seperti polisi lah tugasnya, mengawasi anak yang tidak disiplin,\" ujarnya.

Sejak saat itulah, secara perlahan kedisiplinan pelajar jurusan pelayaran mulai terbentuk. Selain itu, ia juga mengajak TNI AL untuk melatih kedisiplinan siswa pelayaran setiap hari Sabtu.

Oleh siswanya, Wahyu dikenal sebagai guru yang tegas. Ia selalu memperhatikan cara berpakaian siswanya. Karena menurut Wahyu, seorang siswa pelayaran haruslah berpakaian rapi, sehat secara fisik dan mentalnya. Semua itu dilakukannya untuk mempersiapkan siswanya agar siap untuk menghadapi dunia kerja.

\"Pelayaran itukan tidak main-main, kalau salah sedikit bisa fatal akibatnya,\" tegasnya.

Dalam mengajar, Wahyu menggunakan strategi pembelajaran yang modern. Yaitu mengajar dengan menggunakan alat peraga dan video. Hal itu dilakukannya agar para siswanya betah dan mudah memahami materi pembelajaran.

Meskipun bukan sebagai lulusan sarjana pendidikan, tetapi Wahyu bertekad untuk menjadi seorang guru yang profesional. Karena baginya, menjadi guru adalah tugas yang mulia.

Sebelumnya, Wahyu kuliah di Jurusan Sejarah di Universitas Diponegoro. Karena memang sejak kecil bercita-cita menjadi guru, baru kemudian ia mengambil akta IV.

Setelah lulus menjadi PNS dan mengajar di SMKN 1 Kota Bengkulu, Wahyu berkesempatan untuk mengikuti pelatihan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (P4TK) di Cianjur. Setelah lulus dalam pelatihan tersebut, barulah ia beralih menjadi guru pelayaran.

Meski tinggal di Bengkulu sebagai perantauan dari Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah, tetapi Wahyu tidak berniat untuk kembali ke kampung halamannya. Karena baginya Bengkulu merupakan rumah kedua baginya.

\"Rezeki saya itu di Bengkulu, jadi saya akan tetap di Bengkulu untuk mengabdi disini,\" pungkas Pria yang mengidolakan Ki Hajar Dewantara tersebut.(cw1)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: