Marak, Remaja Kacanduan Ngelem

Marak, Remaja Kacanduan Ngelem

\"ngelem-tradisi-memprihatinkan-anak-jalanan-di-palembang\"

Ratusan remaja di Bengkulu saat ini terindikasi kecandungan ngelem. Ini sangat berbahaya bagi perkembangan mereka. Lem Aica aibon merupakan Napza sangat mudah didapat karena keberadaannya legal (sebagai lem). BAK \"Virus\", penyalahgunaan pemakaian lem ini sangat cepat perkembangannya terutama remaja. Tidak hanya di kota, tetapi hingga ke desa-desa. Sangat mengkhawatirkan. Jika ada remaja sedang memasukkan salah satu tangannya ke dalam baju, serta mendekatkannya ke hidung, berarti anak tersebut sedang menghirup lem Aica aibon. Dia sedang teler akibat lem.

Mereka mudah dijumpai di bawah jembatan, pojokan-pojokan, jalan-jalan, dan tempat sunyi lainnya. Mereka cenderung tidak tahu akibat negatif dari lem ini. Merasa senang setelah menggunakannya. Sesaat setelah pemakaian mereka akan merasa “fly”, happy, bebas dari masalah mereka. Di Kabupaten Kaur, kenakalan remaja sejauh ini masuk kategori mengkhawatirkan. Tidak hanya menglem, tetapi juga menyalahgunakan obat batuk seperti Komix. “Kalau ngelem mabuk komix ini sudah biasa bagi remaja sini, dan hampir setiap hari selalu ditemukan bungkusan komix diterminal Inpres ini,” kata Barlian (34) warga Desa Padang Genteng Kecamatan Kaur Selatan kepada BE kemarin lalu.

Dari hasil penelusuran BE, di sejumlah sudut kota dan objek wisata seperti Pantai Linau, Pantai Hili, Lapangan Merdeka, Pasar Inpres dan lainya, ini bisa ditemukan sekelompok remaja bergerombol empat sampai enam orang, rata-rata remaja ini dibawah umur. Mereka duduk-duduk sambil berbagi kaleng berisi lem dan obat batuk mrek komix untuk mereka isap dan minum secara bergantian.

“Mereka biasanya mabuk ini malam hari dan kalau ada pesta pernikahan, pasti mereka itu mabuk komix,” ujarnya.

Maraknya konsumsi aibon dan obat batuk Komix dalam jumlah banyak karena selain harganya murah, juga karena sulitnya mendapatkan obat jenis Dextro dan pembatasan penjualan alkohol di wilayah Kabupaten Kaur.

Menurutnya, satu botol lem dan satu dus Komix, bisa dikonsumsi oleh tiga sampai empat orang dengan harga yang murah, selain itu bisa didapatkan dengan cara yang mudah karena dijual secara bebas toko manisan.

\"Pertama pakai saat masih SMP saya sudah ngelem dan mabuk komix ini, rasa sangat enak, asik, pikiran melayang dan jadi nafsu makan,\" ujar remaja berusia 19 tahun berinisial RT kepada BE kemarin lalu.

Menurutnya, ngelem dan mabuk komix sangat murah dengan hanya bermodalkan Rp 6 ribu, Ia bisa menikmati zat kimia dari lem aibon dan mabuk komix bersama rekannya-rekannya. Kebiasaan itu pun dilakukan hampir setiap malam hari saat ada acara-acara pesta malam. “Kalau komix ini baru bisa mabuk itu 15 sachet. Kami bisanya ngelem dan mabuk komix ditempat sepi. Kalau sudah ngelem rasa percaya diri kami jadi naik. Tidak takut lagi sama siapapun,” akunya.

Wakil Ketua DPRD Kaur, Darhan SIP merasa perhatian penuh pada penyalahgunaan lem aibon dan obat batuk komix yang semakin meningkat ini. Sebab ia menyoroti maraknya anak-anak ngelem dan mabuk komix di tempat-tempat sepi ini sangat merusak generasi mudah.

“Ini harus menjadi perhatian kita semua. Terutama pihak terkait, agar melakukan pemantauan terhadap peredaran lem aibon dan obat batuk komix di warung-warung,” terangnya.

Sementara itu Kapolres Kaur AKBP Bambang Purwanto SIK mengaku, maraknya perilaku anak-anak yang ngelem dan mabuk komix tersebut diakibatkan salah satu kurang perhatiannya orangtua. Sehingga, mereka mencari kesenangan dan kebebasan sendiri. ”Penekanan ajaran agama di keluarganya kurang. Selain itu, kegiatan positif dikalangan anak-anak jarang sekali diadakan oleh pemangku kebijakan,” ujarnya.

Perilaku menyimpang juga marak di Kabupaten Lebong. Anggota DPRD Lebog, A Bursani SSos meminta Pemerintah segera membuat surat edaran (SE) agar toko-toko tidak menjual lem jenis aibon kepada anak-anak dibawah umur. \"Kita sudah banyak laporan dari masyarakat jika banyak anak-anak yang menghisap lem jenis aibon tersebut. Hal tersebut tentunya merusak syaraf anak-anak yang kecanduan menghisap lem tersebut,\" kata Bursani.

Kasus anak yang kedapatan menghisap lem maupun mabuk komik di Rejang Lebong pada tahun 2016 ini diprediksi akan megalami peningkatan. Hal tersebut disampaikan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Rejang Lebong, Edy Robinson.

Tahun 2015 lalu jumlah anak yang kedapatan menghisap lem maupun mengkonsumsi obat batu untuk mabuk-mabukan sebanyak 100 orang. Sedangkan pada tahun 2016 ini, untuk triwulan pertama sudah ada 30 anak yang tertanggap mengkonsumsi lem maupun obat batuk. \"Dilihat dari tren tersebut, tentunya pada tahun 2016 ini sudah mengalami peningkatan jumlah anak kita yang menghisap lem maupun mengkonsumsi obat batuk,\" ungkap Edy.

Menurut Edy, mereka yang tertangkap tangan oleh satpol PP menggunakan lem maupun obat batu ini masih kategori anak-anak dibawah umur dengan usia berkisar antara 10 hingga 15 tahun.

Dijelaskan Edy mereka yang tertangkap menggunakan lem maupun obat batuk ini adalah anak-anak yang sudah tidak bisa dikendalikan oleh orang tuanya lagi. \"Sebagian besar mereka yang kita tangkap adalah yang sudah tidak bisa dikendalikan orang tuanya, atau orang tuanya sudah menyerah,\" terang Edy.

Untuk Kabupaten Rejang Lebong, khususnya di Kota Curup, beberapa lokasi yang menjadi lokasi para pemabuk lem dan obat batuk ini antaralain Masjid Agung Baitul Makmur Kota Curup, kuburan cina Talang Rimbo, Pasar Atas, Kepala Siring, Danau Talang Kering dan Taman Makam Pahlawan.(tim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: